Refleksi ini merupakan refleksi kelima kuliah filsafat pada selasa, 13 Oktober 2015 di Gedung Pascasarjana UNY lantai 3 Ruang 305B dengan Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada kesempatan kali ini saya memberikan judul “ Dua kalipun Aku tak sanggup” Judul yang saya ambil karena sampai saat ini untuk tes yang kedua saya belum sanggup untuk memahami sedikit ilmu dari filsafat. Pada perkuliahan kali ini, pembelajaran diawali dengan tes jawab singkat mengenai istilah filsafat . Fungsi dari Tes jawab singkat ini adalah mengadakan dari yang mungkin ada. Tes jawab singkat terdiri dari 50 soal. Berikut merupakan tes filsafat pada pertemuan kali ini.
1. Filsafatnya yang tersembunyi = metafisik
2. Filsafatnya yang kelihatan = realisme
3. Filsafatnya yang terdengar = realisme
4. Filsafatnya yang dapat dipegang = realisme
5. Filsafatnya tujuan = idealisme
6. Filsafatnya hasil = sintesis
7. Filsafatnya beda = kontradiksi
8. Filsafatnya arwah = nomena
9. Filsafatnya yang ada = eksistensianisme
10. Filsafatnya yang sama = identitas
11. Filsafatnya dewa = transenden
12. Filsafatnya dalam = intensif
13. Filsafatnya yang luas = ekstensif
14. Filsafatnya yang tinggi = transenden
15. Filsafatnya yang jauh = teleologi
16. Filsafatnya yang besar = makrokosmis
17. Filsafatnya yang kecil = mikrokosmis
18. Filsafatnya jika maka = koherentism
19. Filsafatnya berpikir = sintesis
20. Filsafatnya konsisten = koherentisme
21. Filsafatnya tautologi = koherentisme
22. Filsafatnya matematika murni = koherentisme
23. Filsafatnya bertanya = dialegtisme
24. Filsafatnya menjawab = dialegtisme
25. Filsafatnya yang tetap = permenideanisme
26. Filsafatnya yang berubah = herakritosianisme
27. Filsafatnya yang pasti = absolutisme
28. Filsafatnya yang tidak pasti = relativisme
29. Filsafatnya mencoba = saintisism
30. Filsafatnya pengalama = empitisme
31. Filsafatnya khayalan = fiksionisme
32. Filsafatnya ragu-ragu = skeptisisme
33. Filsafatnya batu = magdalisme
34. Filsafatnya cinta = romantisism
35. Filsafatnya manfaat = utilitarianisme
36. Filsafatnya pasrah = vatalisme
37. Filsafatnya berusaha = vitalisme
38. Filsafatnya bahasa = analitik
39. Filsafatnya yang benar = epistimologi
40. Filsafatnya yang salah = validisme
41. Filsafatnya memilih = reduksionisme
42. Filsafatnya terpisah = separatisme
43. Filsafatnya tuntas = praktikalisme
44. Filsafatnya menentukan = diterminisme
45. Filsafatnya sejarah = hegorianisme
46. Filsafatnya kuasa = makiafelianisme
47. Filsafatnya mengabaikan = abstaksi
48. Filsafatnya efisien = pragmatisme
49. Filsafatnya sebab utama = primakausa
50. Filsafatnya sebab pertama = primakausa
Setelah tes jawab singkat selesai, kita diberi kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan Boleh bebas tak terbatas mengenai apapun yang ingin ditanyakan.
1. Pertanyaan pertama dari Azmi: “ Apakah jodoh bersifat relatif?
Jawab: “ Pertama kita memposisikan dulu bahwa berfilsafat itu adalah oleh pikir. Kalau dilihat dari tatatran dimensinya urutan dimensi dari bawah menuju dimensi paling atas adalah material, formal, normatif, dan spriritual. Mengenai masalah jodoh perlu penjelasan apakah jodoh itu mengenai perkawinan, percintaan atau pernikahan. Karena sehebat-hebatnya pikiranku tidaklah mungkin mampu menjelaskan semua perasaanku, sehebat-hebat perkataanku tidaklah mungkin mampu untuk mengucapkan semua pikiranku, sehebat-hebat tulisanku tidaklah mungkin mampu menuliskan apa yang ku ucapkan, sehebat-hebat, selihai-lihainya, segesit-gesit, selincah-lincah tindakanku tidaklah mungkin mampu untuk melaksanakan semua tulisan apalagi kata-kataku, apalagi pikiranku. Itulah bukti bahwa kita tak akan mampu menjangkau spiritualitas kita. Pernikahan itu merupakan struktur lengkap yang mencangkup material, formal, normatif, dan spiritualnya. Jadi ada bagian dari pernikahan itu dimana anda tidak mampu memikirkannya. Contoh: “Kenapa, aku harus bertemu denganmu dan menjadi istri(suamimu)?”. Ketika undangan disebar tapi ternyata tidak jadi menikah. Dari contoh itu ada unsur lain mengenai jodoh yang kita tidak mampu untuk memikiran. Nah, karena kita tidak mampu memikirkannya diatas dari filsafat adalah spiritual untuk menggapainya tetapkanlah dengan Doa sebagai kekuatan kita. Tetepi, kalau kita hanya memikirkan saja masalah mengenai pernikahan maka akan timbul variasi karena spiritual di langgit tumbuh tinggi, sedangkan filsafat hanya dibumi menggapai langit pun tidak akan pernah sampai. Maka barangsiapa menghadapi urusan langit dan bumi hanya berangkat dari bumi saja pasti akan banyak salahnya. Misalnya menerjemahkan jodoh sebagai cinta. Cinta itu diekstensikan sebagai “ Aku mencintai wanita”. Cintaa yaa cinta apa hanya lelaki mencintai wanita, apa tidak boleh lelaki mencintai lelaki? Itu karena dunia tidak didukung oleh spiritualitas. Jika diturunkan lebih jauh lagi, jodoh tidak hanya berlaku bagi manusia, bisa berlaku bagi hewan dan tumbuhan. Misalkan saja hewan monyet, seekor monyet tidak mempermasalahkan jodohnya. Mereka biasa-biasa saja ketika mengetahui pasangan yang baru saja menjadi jodohnya, tidak lama kemudian sudah berjodoh dengan yang lain. Begitu juga dengan tumbuhan, biji-bijian juga berjodoh dengan pohon, karena biji cipir kalau tumbuh mereka akan melilitkan pohon berlawanan dengan arah jarum jam ke pohonnya. Setiap manusia mempunyai potensi untuk menikah. Potensi jika diturunkan akan menjadi insting pada hewan dan menjadi kalau dinaikkan kompleksitasnya menjadi manusia intuisi. Intuisi itu adalah pengalaman.
Penggunaan bahasa di dunia juga harus disesuaikan dengan levelnya, kata-kata yang menyesuaikan keadaan itu yang disebut dengan menembus ruang dan waktu. Orang cerdas secara filsafat adalah orang yang sopan terhadap ruang dan waktu. Etika dia ngomong statistik bicara statistik. Relativitisme dalam statistik itu berubah menjadi probability. Tiadalah berfilsafat kalau tidak berpedoman pada pikiran para dewa. Kalau mengupas jodoh secara filsafat bacalah pikiran para filsuf mengenai jodoh. Tidak langsung jodoh tapi mengenairomantisism. Menurut kaum romantisism orang yang paling berkuasa adalah orang yang paling romantis.
2. Pertanyaan Kedua dari Aida: “Bagaimana jika tujuan hidup tidak sesuai dengan fakta atau kenyataan yang terjadi?”
Jawab: Tujuan itu dalam kacamata filsafat disebut idealis. Idealis itu merupakan segala sesuatu yang ada didalam pikiran. Banyak perspektif dari filsafat yang diturunkan misalnya dari sisi tesis dan anti-tesis. Jadi, usaha berpikir tidak lain tidak bukan dari dua unsur atau banyak yang kita sintesiskan. Misalnya sintesis antara berhasil dan belum berhasil. Sintesis antara kenyataan dan tujuannya. Antara takdir dan faktanya. Antara sehat dan sakit. Kemudian kalau dinaikan menjadi keranah spiritual maka yang dipikirkan manusia itu semua bersifat relatif tidak ada yang bersifat absolut. Karena relatif maka manusia tidak mengerti bahwa kriteria keberhasilan itu punya perspektif yang lain yang dia tidak menyadarinya. Misalnya setelah dia gagal disatu tempat kemudian dia beersifat tawakal dan energinya masih tetap bertahan, maka tetap pada usahanya dia menemukan keberhasilan. Tetapi, maknanya menjadi berlipat ganda. Contoh adalah dulu rumah beliau terlihat angker karena ada bambu yang menjorok di rumah yang apabila hujan akan roboh dan terkadang membuat genteng roboh, dan listriknya putus. yang punya adalah orang asli situ tetapi rumahnya agak jauh. Tenyata orang yang punya tidak ikhlas apalagi Pak marsigit merupakan orang baru dikampung itu untuk menebang bambu itu karena tidak sesuai dengan hari yang menjadi pantangna pada tetangga itu. Pantang bermusuhan dengan tetangga. Kalu ingin damai dunia akhirat pantang bermusuhan dengan tetangga. Bagaimanapun caranya pantang bermusuhan dengan tetangga. Kalau sampai ini terjadi tidak akan bahagia. Tetangga sama halnya sebbagai saudara.. Kemudian bedoa setiap saat bedoa kepada Tuhan untuk meminta solusi akhirnya setelah setahun rupanya anaknya pemilik pohon tidak mau dibuatkan rumah disini. Akhirnya rumahnya dijual dan pohonya ditebang oleh pemilikk baru. Ini merupakan solusi yang diberikan Allah dari kesabaran mengahadapai masyaraat. Kesimpulan kita pada Tuhan adalah kesimpulan yang possitive thinking jangan sampai negative tingking. Negative thingking merupakan penyakit filsafat. Kalau dalam bahasa jawa artinya hege mingso yaitu mendahului kehendak Tuhan. Karena Allah selalu memberikan apa yang terbaik buat hamba Nya.
Senin, 19 Oktober 2015
Senin, 12 Oktober 2015
Ketidaksempurnaan yang Jelas Tergambar
Refleksi ini merupakan refleksi ke empat dalam kuliah filsafat oleh Prof. Dr Marsigit,MA pada Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika Kelas A pada hari Selasa tanggal 29 September 2015 pukul 11.10 – 12.50 WIB di Ruang Kuliah R.305B Gedung Lama Universitas Negeri Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini merupakan kesempatan yang berbeda dari biasanya kenapa tidak? Karena pada kesempatan ini di adakan tes jawab singkat mengenai filsafat?
Contoh soal yang diberikan:
1. " Siapa namamu?"
2. " Siapa Ibumu?"
2. " Siapa Bapakmu?"
4. " Dari mana kamu?"
5. " Berapa umurmu?"
Dari contoh pertanyaan berikut akupun tak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Jika dilihat dari aspek pertanyaan kelihatannya itu bukan pertanyaan yang susah. Terkadang kita itu menyepelekan hal yang mudah. Padahal hal yang mudah itu belum tentu kita bisa lakukan. Sebagai manusia Alangkah Hinanya Jika kita senantiasa sombong. Apa yang bisa kita sombongkan sebagai manusia. Jika menjawab soal siapa namamu saja tida bisa. Memahami diri kita belum mampu. Apa yang pantas kita sombongkan. Astaqfirullah, Ya Allah maafkan hambamu jikalu sering berbuat sombong. Tes jawab singkat ini sebagai gambaran saya bahwa saya belum punya ilmu apa". masih banya yang harus saya pelajari. Terimakasih Prof untuk semua ilmu yang engkau berikan.
Contoh soal yang diberikan:
1. " Siapa namamu?"
2. " Siapa Ibumu?"
2. " Siapa Bapakmu?"
4. " Dari mana kamu?"
5. " Berapa umurmu?"
Dari contoh pertanyaan berikut akupun tak mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Jika dilihat dari aspek pertanyaan kelihatannya itu bukan pertanyaan yang susah. Terkadang kita itu menyepelekan hal yang mudah. Padahal hal yang mudah itu belum tentu kita bisa lakukan. Sebagai manusia Alangkah Hinanya Jika kita senantiasa sombong. Apa yang bisa kita sombongkan sebagai manusia. Jika menjawab soal siapa namamu saja tida bisa. Memahami diri kita belum mampu. Apa yang pantas kita sombongkan. Astaqfirullah, Ya Allah maafkan hambamu jikalu sering berbuat sombong. Tes jawab singkat ini sebagai gambaran saya bahwa saya belum punya ilmu apa". masih banya yang harus saya pelajari. Terimakasih Prof untuk semua ilmu yang engkau berikan.
Minggu, 11 Oktober 2015
Target dan Strategi Pencapaian Kuliah Metodologi Penelitian
Pada kesempatan kali ini saya terinspirasi oleh Ibu Dr. Heri Retnawati. Beliau adalah Dosen saya pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Saya mulai memikiran bagaimana Beliau bisa sukses seperti sekarang. Hal yang saya petik adalah bagaimana beliau menghargai hal yang sangat kecil. ternyata Hal yang sangat kecil berbuah sangat luar biasaa pada kehidupan kedepannya. Hal sangat kecil seperti apa yang Beliau lakukan? Beliau menuliskan apa saja yang akan direncanakannya. Saya sering merencanakan suatu hal, tetapi disini saya tidak pernah menuliskannya. Alhasil saya terkadang lupa apa yang saya rencanakan kemaren. Waktu yang kadang menyadarkanku ternyata saya telah lalai. Mulai saat ini saya belajar untuk merencakana hal-hal apa saja yang akan saya lakukan untu kehidupan saya. Namun, dalam postingan kali ini saya hanya akan menulisan rencana dan strategi apa saja yang saya lakukan untuk kuliah metodologi Penelitian.
OKTOBER
|
||
|
Target
|
Strategi
|
Minggu Pertama
|
1. Dapat merumuskan masalah, sehingga
dapat membuat keranga latar belakang
2. Memperbaiki tugas minggu ke-4
September 2015
3. Membuat Tugas minggu 1 Oktober
4. Mengerti jenis-jenis Penelitian
|
1. Identifikasi masalah-maslah di
dunia pendidikan
2. Membaca ulang tugas minggu ke-4
September dan memperbaiki tugas yang belum baik
3. Membaca referensi dan buku dari
internet ataupun buku metodologi penelitian untuk mengerjakan tugas minggu 1
Oktober
4. Membaca referensi jenis-jenis
penelitian dari power point yang diberikan oleh dosen, internet atau buku
metodologi penelitian.
|
Minggu Kedua
|
1. Paham jenis-jenis penelitian
2. Memperbaiki tugas minggu 1 Oktober
3. Membuat tugas minggu ke 2 Oktober
4. Mengerti kajian pustaka
|
1. Membaca referensi mengenai
jenis-jenis penelitian dan bertanya dengan dosen/ teman apabila masih belum
jelas mengenai jenis-jenis penelitian
2. Membaca ulang tugas minggu 1 Oktober
dan memperbaiki tugas yang belum baik
3. Membaca referensi dari buku atau
dari internet untuk menyelesaikan tugas minggu 2 Oktober
4. Membaca referensi mengenai kajian
pustaka dari berbagai sumber.
|
Minggu Ketiga
|
1. Paham kajian Pustaka
2. Memperbaiki tugas minggu ke-2
Oktober
3. Membuat tugas minggu ke empat
Oktober
4. Mengerti Kerangka Berpikir
|
1. Membaca referensi mengenai kajian
pustaka dan bertanya pada dosen/teman apabila masih belum jelas mengenai
kajian pustaka.
2. Membaca ulang tugas minggu 2 Oktober
dan memperbaiki tugas yang belum baik
3. Membaca referensi dari buku atau
dari internet untuk menyelesaikan tugas minggu 3 Oktober
4. Membaca referensi mengenai erangka
berpikir dari berbagai sumber
|
Minggu Keempat
|
1. Memahami kerangka berpikir
2. Memperbaiki tugas minggu ke-3
Oktober
3. Membuat tugas minggu ke-4 Oktober
4. Mengerti teknik pengumpulan data
|
1. Membaca referensi mengenai kerangka
berpikir dan bertanya pada dosen/teman
apabila masih belum jelas mengenai kajian pustaka.
2. Membaca ulang tugas minggu 3 Oktober
dan memperbaiki tugas yang belum baik
3. Membaca referensi dari buku atau
dari internet untuk menyelesaikan tugas minggu 4 Oktober
4. Membaca referensi mengenai teknik
pengumpulan data dari berbagai sumber
|
Minggu Kelima
|
1. Paham teknik pengumpulan data
2. Memperbaiki tugas minggu ke-4
3. Membuat tugas minggu ke-5
4. Mengerti instrumen penelitian
|
1. Membaca referensi mengenai teknik
pengumpulan data dan bertanya pada dosen/teman apabila masih belum jelas
mengenai kajian pustaka.
2. Membaca ulang tugas minggu 4 Oktober
dan memperbaiki tugas yang belum baik
3. Membaca referensi dari buku atau
dari internet untuk menyelesaikan tugas minggu 5 Oktober
4. Membaca referensi mengenai instrumen
penelitian dari berbagai sumber
|
Langganan:
Postingan (Atom)