FILSAFAT ILMU
“Pengalaman Belajar Filsafat”
DISUSUN OLEH:
NAMA : SWASTI DIAH WIDIASWARI
NIM : 15709251087
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
PENGALAMAN
BELAJAR FILSAFAT
A.
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan suatu hal yang dianggap susah oleh
sebagian orang. Hal ini dikarenakan bahwa belajar filsafat melebihi berpikir
tingkat tinggi. Sebenar-benarnya susah jika suatu orang tidak tahu mengenai
filsafat. Dalam rangka mempermudah dalam belajar filsafat hendaknya mengenal
dahulu apa itu filsafat. Hal ini berkaitan dengan sebenar-benarnya filsafat itu
apa. Dalam mengenal segala sesuatu tidaklah boleh bersikap asal kenal.
Kehidupan manusia mempunyai dimensi dari manusia yang muda hingga manusia yang
tua. Di masyarakat jika kita mengenal orang yang lebih muda atau mengenal orang
yang lebih tua mempunyai adapnya secara tersendiri bagaimana kita bersikap
dengan orang yang lebih tua dan bersikap dengan orang yang lebih muda tentunya
berbeda. Hal ini berhubungan dengan belajar filsafat berbeda dengan belajar
yang lain. Belajar filsafat juga mempunya adapnya tersendiri. Apa saja adap
dalam belajar filsafat?. Selain mengenal adap belajar berfilsafat. Belajar
filsafat merupakan proses mengadakan dari yang ada dan yang mungkin ada. Dalam
makalah ini akan dibahas bagaimana cara mengadakan yang ada dan yang mungkin
ada. Filsafat juga mengenal mengenai revolusi dunia atau perubahan dunia
berdasarkan perkembangannya. Dalam hal ini akan dibahas mengenai pengaruh
aliran tokoh filsafat dalam kehidupan setiap orang. Untuk lebih jelas mengenai
hal-hal tersebut akan dibahahas satu per satu mengenai penjelasan penjelasan
berfilsafat.
B.
PEMBAHASAN
Dalam suatu pepatah mengatakan “Tak Kenal Maka Tak sayang”,
hal ini serupa dengan jika setiap orang tidak mengenal filsafat maka orang
tersebut tidak bisa memahami filsafat. Dalam hal ini perlu ditekankan apa
sebenarnya filsafat dan bagaimana setiap orang dapat memahami filsafat. Filsafat
merupakan olah pikir yang masih terbuka spiritualnya. Hal
ini berarti bahwa belajar filsafat
fondasinya adalah spiritual. Belajar berfilsafat yang benar harus kembali kepada
diri, agama, serta bangsa dari setiap orang. Maka sebagai orang timur harus
bisa meletakkan spiritual sebagai fondasi dan muara dari filsafat. Karena
setinggi-tingginya filsafat harus masih dalam kerangka spiritual. Filsafat dan
spiritual saling berhubungan satu sama lain. Spiritual berhubungan juga dengan
kemampuan intelektual manusia. Manusia dengan kemampuan spiritual yang
berkembang dengan baik pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan intelektual dan
emosi mereka. Terutama dalam mengatur emosi. Melalui spiritual bisa semakin
membangun diri secara utuh. Menganal
filsafat mempunyai adapnya tersendiri yaitu tata cara bagaimana seharusnya
belajar filsafat. Adapun adap berfilsafat adalah Adab pertama
dalam belajar filsafat adalah membangun koridor spiritual atau pagar spiritual
masing-masing. Maksudnya adalah kokohkanlah dulu spritual masing-masing dari setiap
individu. Contoh dalam membangun pagar spiritual yaitu jika belum bisa berdoa
dengan khusyuk maka berdoalah didalam hati. Adab kedua adalah Memantangkan diri
dari aspek psikologi, kesabaran ketelatenan, dan jaya juang untuk belajar. Tak
kalah penting kita mematangkan diri dari psikologi orang dewasa, sebagai orang
dewasa yang paling menonjol adalah berani bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Adab ketiga adalah pembangun paradigma belajar yaitu belajar itu merupakan
proses membangun pengetahuan sehingga terciptanya pengetahuan yang inovatif. Setelah
mengenal adap berfilsafat, maka ilmu filsafat itu sedikit-demi sedikit dapat
dipelajari. Hal yang paling awal yang akan dipelajari dalam filsafat adalah yang
ada dan yang mungkin ada. Setiap orang yang belajar filsafat tidak asing dengan
kata ada dan yang mungkin ada. Dalam belajar filsafat memang membedakan segala
sesuatu berdasarkan struktur ada dan yang mungkin ada. Ada dan yang mungkin ada
merupakan objek Filsafat. Ada dan yang mungkin ada itu bersifat subjektif. Ada
bagi diri seseorang belum tentu ada pada diri orang yang lain. Ada bagi
seseorang bisa menjadi yang mungkin ada pada orang yang lain. Ada bagi
seseorang juga bisa menjadi ada bagi orang lain. Misalkan: Nama Bapak A ada
bagi A, mungkin ada bagi B jika A hendak akan memberitahu pada B, serta ada
bagi B jika A memberi tahu Nama Bapaknya pada B. Filsafat itu adalah mengadakan
dari yang mungkin ada menjadi ada. Secara filsafat belajar itu tidak
mempermasalahkan metode belajar apapun yang digunakan. Hal yang penting adalah
mengadakan yang mungkin ada menjadi ada bagi siswa. Namun, kita tak akan mampu
mengetahui semua yang mungkin ada. Kita mempelajari yang ada saja tidak akan
pernah selesai untuk menyebutkan sifat-sifatnya dan mendeskripsikannya.
Keterbatasan dari ketidaktahuan merupakan karunia Allah SWT. Maka dari itu
dalam belajar filsafat hendaklah jauhkanlah diri kita dari sifat sombong karena
manusia hanya mampu mengadakan sedikit dari yang mungkin ada. Sesuatu
dikatakan ada jika ada di dalam atau di luar pikiran. Ada di dalam pikiran jika
kita mampu untuk melihatnya dengan mata terbuka mampu menyentuh, mampu
mendengar. Ada di luar pikiran jika sudah tidak mampu kita lihat, tetapi dapat
kita mampu kita pikirkan. Adanya di dalam dan di luar pikiran didukung oleh
aliran tertentu. Bagi Aliran realis dikatakan ada jika kita mampu melihat,
mendengar, merasakan, menyentuh. Tokoh yang mendukung adalah Aristhoteles Bagi
idealis dikatakan ada jika mampu disebutan dipikan dengan menganggap ada di
dalam pikiran. Tokoh yang mendukung adalah Plato. Namun dalam membicarakan ada
tentunya kita lihat dimensinya. Kita ambil contoh pada pembelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika kita harus mengetahui dimensinya. Kita harus tahu
intuisi dan karatersiswa serta perkembangan pikiran siswa agar siswa dapat
membangun pengetahuannya sendiri. Jadi Jangan sampai sebagai guru kita jangan
memaksakan pemikiran yang seharusnya belum semestinya siswa ketahui. Mulailah
dengan matematika kontekstual untuk siswa SD. Jangan mentang-mentang kita
merasa punya banyak ilmu maka siswa SD langsung diajarkan matematika definisi.
Segala sesuatu harus ditempatkan sebagaimana porsinya karena filsafat sangat
memandang dimensinya. Dimensi waktu pun juga ada didalam filsafat yaitu dimensi
dari tempo lalu dan tempo sekarang. Pada era global ini, perkembangan dalam
segala bidang semakin pesat. Tak terkecuali perkembangan dalam bidang
teknologi. Filsafat yang mendukung adalah aliran positivisme. Aliran
positivisme merupakan aliran filsafat
yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang yang berkenaan dengan metafisik. Aguste Comte
sering disebut sebagai bapak positivisme karena aliran ini merupakan aliran
yang dipelopori oleh Aguste Comte.Positivisme juga merupakan paham yang
berkembang dengan sangat cepat , ia tidak hanya menjadi sekedar aliran
filsafat, tetapi juga menjadi agama humanis modern. Positivisme telah menjadi
agama dogmatis bagi ilmu pengetahuan. Pada paham ini merupakan paham yang
menjadikan agama bukan merupakan unsur yang paling penting. Unsur yang paling
penting adalah dunia. Jadi mendasarkan dunia sebagai sumber teratas dari
kehidupan. Rasanya pengaruh comte sudah menjamur dalam kehidupan didunia ini
termasuk dalam pengalaman pribadi saya. Pengaruh teknologi semakin hari semakin
terasa. Misalnya saja adalah Handphone. Bagaimana tidak hampir setiap bulan
sebuah brand mengeluarkan produk baru dengan layanan fiture yang membuat
masyarakat hampir terkagum-kagum. Dari sisi handphone sendiri, setiap individu
hampir semua memiliki handphone entah itu anak balita hingga orang tua. Tak
heran perubahan budaya disini semakin terasa yaitu pada jaman dahulu waktu saya
masih kecil saya masih merasakan mainan anak-anak seperti: gamparan, benthik,
sepak sekong, gobaksodor. Coba jaman sekarang, hampir tidak ada anak yang
bermain itu permainannya sudah modern yaitu mainan handphone atau tablet.
Handphone disini memang punya manfaat yaitu untuk mempermudah dalam komunikasi
dan memperoleh informasi. Namun, saya merasakan ada yang aneh dalam penggunaan
handphone. Hal yang pertama adalah penggunaan handphone membuat diri saya
merasa terpaku untuk selalu bermain-main dengan handphone apalagi waktu punya
handphone baru. Saya ingin mencoba segala fiture dalam handphone dan saya ingin menguasai isi dalam handphone ini
sehingga tak terasa begitu cepat waktunya dan Habbluminallah saya menjadi jauh.
Saya tak kenal waktu sehingga ibadah saya tak tepat waktu. Ya Allah ampunilah
Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai
kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan
sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.Hal yang kedua yang saya rasakan
adalah menjadi individualis. Penggunaan handphone membuat kita sering fokus
dengan handphonen saya. Pada saat ini ketika kita saling berkomunikasi dengan
seseorang tak heran jika seseorang itu sambil bermain handphone. Saya sendiri
pernah mengalami ketika di ajak sharing dengan teman saya membalas sms yang
masuk di handphone saya. Dari sisi ini, rendahnya penghargaan kepada orang
lain. Bagaimana tidak kita berbicara diselingi main handphone. Sunnguh kita tak
ada rasa menghargai terhadap sesama. Padahal manusia itu ketika tidak dihargai
merasa kecewa dan hubungan dengan manusia itu akan terganggu. Sungguh fenomena
ini menjadikan saya seperti robot dalam kehidupan. Sedikit-sedikit pegang hp.
Entah sedang sama orang lain, di kelas, menunggu bis, atau kemanapun tak lepas
darihandphone. Ya Allah ampunilah Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga
meletakkan dunia sebagai kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal
Duniaku merupakan singgahan sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.Hal
ketiga yang saya rasakan adalah handphone membuat manusia menjadi kikir. Kita
beli handphone kadang tak memandang mahalnya handphone, tetepi untuk sedekah
saja terkadang masih mikir-mikir. Bagaimana tidak kadang ketika seseorang
sedang butuh bantuan atau ada sedekah kita perhitungan sekali untuk
mengeluarkannya, tetapi untuk beli handphone tidak. Ya Allah ampunilah
Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai
kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan
sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.
C.
PENUTUP DAN
KESIMPULAN
Kesimpulan:
1.
Filsafat merupakan olah
pikir yang masih terbuka spiritualnya.
2.
Ada dan yang mungkin ada
merupakan objek Filsafat. Ada dan yang mungkin ada itu bersifat subjektif. Ada
bagi diri seseorang belum tentu ada pada diri orang yang lain. Ada bagi
seseorang bisa menjadi yang mungkin ada pada orang yang lain.
3.
Aliran positivisme merupakan aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan
yang benar dan menolak aktifitas yang
yang berkenaan dengan metafisik