Refleksi
ini merupakan refleksi kesembilan kuliah filsafat yang dilaksanakan pada 14
November 2015 di ruang GL. 305b oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada kesempatan
ini berbeda dengan refleksi sebelumnya karena reflesi ini merupakan pengalaman
diri saya sendiri dalam pengaruh fenomena compte. Sebelumnya saya minta maaf
jika ada kata-kata yang kurang berkenan untuk pembaca. Tulisan saya ini
merupakan latihan refleksi diri saya mengenai pengaruh compte. Baiklah, saya
mulai saja. Sebelum membahas mengenai pengalaman saya. Saya akan menjelaskan
dahulu maksud dari fenomena compte. Fenomena compte merupakan fenomena yang ada
di era saat ini dengan mementingkan kebermanfaatan Dunia dari pada akhirat.
Pada
era global ini, perkembangan dalam segala bidang semakin pesat. Tak terkecuali
perkembangan dalam bidang teknologi. Pengaruh teknologi semakin hari semakin
terasa. Misalnya saja adalah Handphone. Bagaimana tidak hampir setiap bulan
sebuah brand mengeluarkan produk baru dengan layanan fiture yang membuat
masyarakat hampir terkagum-kagum. Dari sisi handphone sendiri, setiap individu
hampir semua memiliki handphone entah itu anak balita hingga orang tua. Tak
heran perubahan budaya disini semakin terasa yaitu pada jaman dahulu waktu saya
masih kecil saya masih merasakan mainan anak-anak seperti: gamparan, benthik,
sepak sekong, gobaksodor. Coba jaman sekarang, hampir tidak ada anak yang
bermain itu permainannya sudah modern yaitu mainan handphone atau tablet.
Handphone disini memang punya manfaat yaitu untuk mempermudah dalam komunikasi
dan memperoleh informasi.
Namun,
saya merasakan ada yang aneh dalam penggunaan handphone. Hal yang pertama
adalah penggunaan handphone membuat diri saya merasa terpaku untuk selalu
bermain-main dengan handphone apalagi waktu punya handphone baru. Saya ingin
mencoba segala fiture dalam handphone dan saya ingin menguasai isi dalam handphone ini sehingga
tak terasa begitu cepat waktunya dan Habbluminallah saya menjadi jauh. Saya tak
kenal waktu sehingga ibadah saya tak tepat waktu. Ya Allah ampunilah Dosa-Dosa
hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai kehidupan utama
dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan sementara bagiku
dan akhirat kekal didalamnya.
Hal
yang kedua yang saya rasakan adalah menjadi individualis. Penggunaan handphone
membuat kita sering fokus dengan handphonen saya. Pada saat ini ketika kita
saling berkomunikasi dengan seseorang tak heran jika seseorang itu sambil
bermain handphone. Saya sendiri pernah mengalami ketika di ajak sharing dengan
teman saya membalas sms yang masuk di handphone saya. Dari sisi ini, rendahnya
penghargaan kepada orang lain. Bagaimana tidak kita berbicara diselingi main
handphone. Sunnguh kita tak ada rasa menghargai terhadap sesama. Padahal
manusia itu ketika tidak dihargai merasa kecewa dan hubungan dengan manusia itu
akan terganggu. Sungguh fenomena ini menjadikan saya seperti robot dalam
kehidupan. Sedikit-sedikit pegang hp. Entah sedang sama orang lain, di kelas,
menunggu bis, atau kemanapun tak lepas darihandphone. Ya Allah ampunilah
Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai
kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan
sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.
Hal
ketiga yang saya rasakan adalah handphone membuat manusia menjadi kikir. Kita
beli handphone kadang tak memandang mahalnya handphone, tetepi untuk sedekah
saja terkadang masih mikir-mikir. Bagaimana tidak kadang ketika seseorang
sedang butuh bantuan atau ada sedekah kita perhitungan sekali untuk
mengeluarkannya, tetapi untuk beli handphone tidak. Ya Allah ampunilah
Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai
kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan
sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya. Demikian ini refleksi dari saya
semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Terimakasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar