Senin, 23 November 2015

AKU TERJEBAK DALAM FENOMENA COMPTE




Refleksi ini merupakan refleksi kesembilan kuliah filsafat yang dilaksanakan pada 14 November 2015 di ruang GL. 305b oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada kesempatan ini berbeda dengan refleksi sebelumnya karena reflesi ini merupakan pengalaman diri saya sendiri dalam pengaruh fenomena compte. Sebelumnya saya minta maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan untuk pembaca. Tulisan saya ini merupakan latihan refleksi diri saya mengenai pengaruh compte. Baiklah, saya mulai saja. Sebelum membahas mengenai pengalaman saya. Saya akan menjelaskan dahulu maksud dari fenomena compte. Fenomena compte merupakan fenomena yang ada di era saat ini dengan mementingkan kebermanfaatan Dunia dari pada akhirat.
Pada era global ini, perkembangan dalam segala bidang semakin pesat. Tak terkecuali perkembangan dalam bidang teknologi. Pengaruh teknologi semakin hari semakin terasa. Misalnya saja adalah Handphone. Bagaimana tidak hampir setiap bulan sebuah brand mengeluarkan produk baru dengan layanan fiture yang membuat masyarakat hampir terkagum-kagum. Dari sisi handphone sendiri, setiap individu hampir semua memiliki handphone entah itu anak balita hingga orang tua. Tak heran perubahan budaya disini semakin terasa yaitu pada jaman dahulu waktu saya masih kecil saya masih merasakan mainan anak-anak seperti: gamparan, benthik, sepak sekong, gobaksodor. Coba jaman sekarang, hampir tidak ada anak yang bermain itu permainannya sudah modern yaitu mainan handphone atau tablet. Handphone disini memang punya manfaat yaitu untuk mempermudah dalam komunikasi dan memperoleh informasi.
Namun, saya merasakan ada yang aneh dalam penggunaan handphone. Hal yang pertama adalah penggunaan handphone membuat diri saya merasa terpaku untuk selalu bermain-main dengan handphone apalagi waktu punya handphone baru. Saya ingin mencoba segala fiture dalam handphone dan saya  ingin menguasai isi dalam handphone ini sehingga tak terasa begitu cepat waktunya dan Habbluminallah saya menjadi jauh. Saya tak kenal waktu sehingga ibadah saya tak tepat waktu. Ya Allah ampunilah Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.
Hal yang kedua yang saya rasakan adalah menjadi individualis. Penggunaan handphone membuat kita sering fokus dengan handphonen saya. Pada saat ini ketika kita saling berkomunikasi dengan seseorang tak heran jika seseorang itu sambil bermain handphone. Saya sendiri pernah mengalami ketika di ajak sharing dengan teman saya membalas sms yang masuk di handphone saya. Dari sisi ini, rendahnya penghargaan kepada orang lain. Bagaimana tidak kita berbicara diselingi main handphone. Sunnguh kita tak ada rasa menghargai terhadap sesama. Padahal manusia itu ketika tidak dihargai merasa kecewa dan hubungan dengan manusia itu akan terganggu. Sungguh fenomena ini menjadikan saya seperti robot dalam kehidupan. Sedikit-sedikit pegang hp. Entah sedang sama orang lain, di kelas, menunggu bis, atau kemanapun tak lepas darihandphone. Ya Allah ampunilah Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya.
Hal ketiga yang saya rasakan adalah handphone membuat manusia menjadi kikir. Kita beli handphone kadang tak memandang mahalnya handphone, tetepi untuk sedekah saja terkadang masih mikir-mikir. Bagaimana tidak kadang ketika seseorang sedang butuh bantuan atau ada sedekah kita perhitungan sekali untuk mengeluarkannya, tetapi untuk beli handphone tidak. Ya Allah ampunilah Dosa-Dosa hamba atas kesalahan hamba sehingga meletakkan dunia sebagai kehidupan utama dan melalaikan akhiratku. Padahal Duniaku merupakan singgahan sementara bagiku dan akhirat kekal didalamnya. Demikian ini refleksi dari saya semoga bermanfaat bagi para pembacanya. Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar