Senin, 14 Desember 2015

MENEMBUS RUANG DAN WAKTU





Refleksi ini merupakan refleksi dari pertemuan ketujuh perkulian filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. pada hari Selasa, 27 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Pada pertemuan kali ini seperti biasa pertemuan diawali dengan tes jawab singkat menembus ruang dan waktu sebanyak 50 soal berikut paparannya:
1.      Spiritualnya Material = Ciptaan Tuhan
2.      Materialnya Spiritual = Perangkat Ibadah
3.      Spiritualnya Formal = Doa
4.      Formalnya Spiritual = Ritual
5.      Spiritualnya Normatif = Logika Tuhan
6.      Normatifnya Spiritual = Ilmu
7.      Spiritualnya Wadah = Ciptaan Tuhan
8.      Wadahnya Spiritual = Agama
9.      Spiritualnya isi = Ciptaan Tuhan
10.  Isinya Spiritual = Kuasa Tuhan
11.  Normatifnya Material = Ilmu Pengetahuan
12.  Materialnya Normatif = museum
13.  Normatifnya formal = Ilmu hukum
14.  Formalnya normatif = perayaan
15.  Psikologinya Material = Gejala Material
16.  Materialnya Psikologi = Tindakan Psikologi
17.  Spiritualnya Logika = Logika Tuhan
18.  Logikanya Spiritual = Kajian Spiritual
19.  Spiritualnya Pengalaman = Kehendak Tuhan
20.  Pengalamannya Spiritual = Ibadah
21.  Spiritualnya Konsisten = Ketetapan Tuhan
22.  Konsistennya Spiritual = Istiqomah
23.  Spiritualnya Analitis = Tuhan Maha Konsisten
24.  Analitisnya Spiritual = Kuasa Tuhan
25.  Spiritualnya A priori = Berfikir untuk beribadah
26.  A priorinya Spiritual = Keyakinan
27.  Spiritualnya Sintesis = Kehendak Tuhan
28.  Sintesisnya Spiritual = Surga
29.  Spriritualnya Identitas = Monisme
30.  Identitasnya Spiritual = Esa
31.  Spiritualnya Kontradiks = Kuasa Tuhan
32.  Kontradiksinya Spiritual = Ciptaan Tuhan
33.  Normatifnya Analitis = Metakognisi
34.  Analitisnya Normatif = Normatif
35.  Normatifnya A priori  = Metakognisi
36.  A priorinya Normatif = A priori
37.  Normatifnya Sintetis = Sebab Akibat
38.  Sintetisnya Normatif = Sintetik
39.  Spritualnya A Posteriori = Keagungan Tuhan
40.  A Posteriorinya Spiritual = Ibadahnya Anak Kecil
41.  Spiritualnya Transenden = Kuasa Tuhan
42.  Transendenya Spiritual = Petunjuk Tuhan
43.  A posteriorinya Analitis = Pengalaman
44.  Analitisnya A Posteriori = Posteriori
45.  Normatifnya Analitis = Logika Para Dewa
46.  Analitisnya Normatif = Normatif
47.  Formatifnya  Transenden = Pertunjukan Wayang
48.  Transendenya Formatif = Ketentuan Para Dewa
49.  Transendenya Khayalan = Ridho Tuhan
50.  Transendenya Spiritual = Cerpen Spiritual.

Setelah melakukan tes jawab singkat mahasiswa diberi kebebasan untuk bertanya mengenai apapun yang ingin ditanyakan
Pertanyaan
Mahasiswa:
Bagaimana pandangan filsafat mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu?
Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, MA.:
Dari segi filsafat pemimpin adalah struktur dunia yang berdimensi. Pemimpin itu merupakan dewa bagi yang dipimpin. Pemimpin merupakan dewa bagi orang yang dipimpin. Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contohnya kita merupakan dewa bagi adik kita dan adik kita merupakan transenden bagi diri kita. Dewa juga berstruktur ada dewa raja dan ada dewa prajurit.  Pemimpin adalah hubungan antara subyek dan predikat. Agar mempunyai dimensi lebih tinggi diperlukan pikiran dan pengalaman. Bentuk formal dari seorang pemimpin yaitu meningkatkan dimensi. Misal mencari pengalaman dengan melanjutkan kuliah karena sebenar-benar hidup adalah menuju dimensi yang lebih tinggi. Dengan meningkatkan dimensi tak berarti semakin hari kita semakin hebat ada fasenya orang yang semakin lama semakin lupa. Lupa merupakan  adalah perubahan siklik. Perubahan yang wajar bagi setiap manusia. Fase siklik di negeri Barat merupakan diagram lurus (open ended) yang memiliki ended yang terbuka sehingga tidak mengerti hidupnya mau kemana ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana. Siklik terluar di negeri kita adalah Spriritualitasme yang berpengang teguh pada keyakian masing-masing dan dipayungi oleh spriritualisme masing-masing. Sehebat-hebat pikiran maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu kemudian sholat bagi umat muslim dan beribadah yang lain sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Sebenar-benar manusia adalah tidak ada yang lengkap dan sempurna menjatuhkan sifat. Misal pandangan manusia jika lengkap maka manusia tidak akan mampu untuk hidup. Manusia diberi kesempurnaan pandangan saja tidak akan hidup. Maka sebenar-benar manusia bersifat determinis yaitu menentukan sesuai dengan kemampuan kita. Maka jadi pemimpin haruslah bijak tidak boleh semena-mena menjatuhkan fatwa dan seorang pemimpin harus punya kemampuan kepimpinan dan harus berlandaskan dengan agama.
Pertanyaan
Mahasiswa:
Bagaimana cara kita agar ikhlas menembus ruang dan waktu?
Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, MA.:
Cara agar ikhlas adalah sesuai dengan hukum Tuhan dan SunnatullahNya Menembus ruang dan waktu agar ikhlas sesuai kodratnya. Iklhas satu level lebih bawah dari spiritual . Maka sebenar-benar keikhlasan menembus ruang dan waktu itu adalah keikhlasan itu sendiri. Karena keihlasan merupakan salah satu kodrat Tuhan maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya.

Pertanyaan
Mahasiswa:
Apa Bedanya Dewa dengan Powernow?
Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, MA.:
Ayam adalah dewanya cacing, cacing dewanya tanah sebab cacing makan tanah dan diri kita adalah dewa bagi adik kita masing-masing serta Dosen adalah dewa bagi. Maka yang dimaksud dengan dewa adalah subjek. Di dunia ini amerika adalah negara dewa seperti halnya cina dan rusia, sedangkan indonesia adalah daksa, sebab indonesia tidak memiliki kekuatan apapun dibandingkan  ketiga negera ini. Jika dewa ini diturunkan pada kajian sosial politik maka jadilah powernow. Istilah powernow ini dibuat oleh mereka sendiri dengan struktur dari yang terkecil dimulai dari archaic, tribal, feudal, tradisional, moderen, post moderen, post post modern (kontemporer). Dalam zaman kontemporer ini yang bertindak sebagai dewa adalah sang powernow yang memiliki kekuasaan seperti Amerika dengan Barack Obama sebagai dewanya.
Pertanyaan
Mahasiswa:
Bagaimana filsafat memaknai perbedaan keyakinan?
Tanggapan Prof. Dr. Marsigit, MA.:
Agama itu berdimensi dimulai dari material, formal, normatif dan spritual. Maka untuk menyiasatinya adalah harus sesuai dengan ruang dan waktu serta dimensinya. Oleh karena itu, ketika beribadah maka setiap diri kita akan beribadah sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan kita masing-masing. Kemudian ini turun dalam bentuk ilmu bidang seperti ilmu politik, ketatanegaraan maka indonesia memiliki dasar negara yaitu pancasila. Pancasila memiliki falsafah monodualisme. Monodualism adalah menitik beratkan pada hubungan manusia dengan manusia Hablumminanasdan hubungan manusia dengan tuhannya habluminaallah. Walaupun pancasila selalu dihujat dan lain sebagainya maka akan tetap relevan dengan kepribadian bangsa kita sebagai bangsa yang toleran. Toleran bermaksud menghargai setiap perbedaan. Mengapa hal ini harus terjadi? Sebab sebenar-benar manusia turun kebumi tidak ada yang sama. Untuk mencari sebuah kesamaan maka harus disesuaikan dengan semestanya masing-masing. Maka budaya itu mencerdaskan dan mempunyai ilmu pengetahuan. 





Refleksi ini merupakan refleksi perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. hari Selasa, 20 Oktober 2015 pukul 11.10 - 12.50 WIB di R. 305B Gedung Lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Pada sesi pertama perkuliahan ini diawali dengan tes jawab singkat dengan tema “Menembus Ruang dan Waktu”. Berikut merupakan rangkuman dari tes jawab singkat:
1.      Ontologinya Batu : Wadah Dan Isi.
2.      Metafisikanya Batu : Yang Ada Dan Yang Mungkin Ada.
3.      Epistimologi Batu : Sumber, Pembenaran, Dan Manfaat.
4.      Fatalnya Batu : Absolut/Kepastian.
5.      Vitalnya Batu : Subjek Batu Yang Beriktiar.
6.      Ketetapan Batu : Kuasa Tuhan.
7.      Relatifnya Batu : Batu-Batuan
8.      Spiritualnya Batu : Tasbih.
9.      Normatifnya Batu : Macam-Macam Batu.
10.  Estetikanya Batu : Cincin, Batu Hias, Atau Akik.
11.  Formalnya Batu : Batu Peresmian, Monumen, Prasasti.
12.  Determinisnya Batu Batu Besar Menimpa Batu Kecil.
13.  Potensinya Batu : Potensi Untuk Pecah.
14.  Abstraksinya Batu : Sifat-Sifat Batu Itu Sendiri.
15.  Idealnya Batu : Hajar Aswad.
16.  Materialnya Batu : Bahan Atau Material Pembentuk Dari Batu.
17.  Analitiknya Batu : Banyak Batu.
18.  Apriorinya Batu : Magma
19.  Sintetiknya Batu : Semen.
20.  Aposteriorinya Batu : A Batu Sandung.
21.  Reduksinya Batu : Jatuh.
22.  Analoginya Batu : Kepala Batu.
23.  Harmoninya Batu : Seimbang
24.  Wadahnya Batu : Gunung
25.  Isinya Batu : Kerikil
26.  Sebabnya Batu : Sebab Utama Dan Sebab Prima
27.  Batu : Predikat/Sifatnya
28.  Dialegnya Batu : Benturan
29.  Sejarahnya Batu : Menemus Ruang Dan Waktu
30.  Skeptisnya Batu : Gempa
31.  Kesadaran Batu : Dipersepsi Subjeknya
32.  Khayalan Batu : Dikhkayalkan Oleh Subjeknya
33.  Bercintanya Batu : Batu Tidak Mampu Bercinta, Maka Yang Bercinta Subjeknya Batu.
34.  Utilitarianya Batu : Ada, Pengada Dan Mengada.
35.  Teologinya Batu : Masa Depannya Batu.
36.  Transendennya Batu : Rumah Para Dewa
37.  Realismenya Batu : Penampakan Batu
38.  Konsistennya Batu : Sekali Batu Tetap Batu
39.  Korespondensi Batu : Sama-Sama Dipersepsi
40.  Jiwanya Batu : Jiwa Subjeknya Batu.
41.  Ideologinya Batu : Tembok Berlin
42.  Kontradiksinya Batu : Batu Apung
Setelah Tes Jawab singkat diberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya
Pertanyaan:
Bagaimana penjelasan dari dimensi batu yang terdiri atas spritual, normatif, formatif dan material?

Jawaban dari Prof. Marsigit:
Struktur yang disebutkan tadi hanyalah satu dari bermilyar-milyar struktur dari yang Ada dan yang Mungkin Ada. Struktur tersebut selain banyak juga beragama jenisnya, juga memiliki struktur. Kita ambil contoh saja pergantian siang dan malam itu adalah struktur yang semua orang bahkan tumbuh-tumbuhan mengalaminnya.  Selain itu, struktur juga bisa berupa yaitu Atas dan Bawah, kiri dan Kanan ataupun jauh dan dekat. Mengapa? Sebab berfilsafat itu adalah intensif (sedalam-dalamnya)  dan ekstensif ( seluas-luasnya). Maka sebenar-benar hidup adalah hidup menuju baik dan sukses. Orang yang baik dan sukses banyak adanya maka kategori baik dan sukses dapat direduksi baik dan sukses pada umumnya. Dewasa ini mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang mempunyai leptop dan HP. Kesuksesan dewasa ini yaitu saat anda lulus ujian. Jika ingin sukses secara filsafat haruslah dapat sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Hal ini bukan merupakan sesuatu yang tetap, tetapi sesuatu yang dinamik atau keseimbangan antara diam dan tetap atau dalam filsafat disebut menembus ruang dan waktu.  Menembus ruang dan waktu bukan hanya dilakukan bagi yang hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, tetapi yang tidak hidup seperti batu juga dapat menembus ruang dan waktu sebab sadar atau tidak sadar batu juga mengikuti alur waktu serta yang dapat menyadarinya adalah subjek batu. Bagaimana manusia menembus ruang waktu? Itulah yang menjadi masalah. Untuk menembus ruang dan waktu maka kita memerlukan perbendaharaan kata. “sebenar-benar dunia adalah bahasa”. Maka dalam filsafat bahasa adalah analitik dan dunia adalah kata-kata. “sebenar-benar dunia menunjukan kata-katamu”, oleh karena itu berhati-hatilah berkata-kata. Dunia keatas adalah spritual maka kata-kata adalah doa, jika dilihat dari sisi spritualitas. Begitu pula ketika marah, seorang pemarah itu determinism, determinis menembus ruang dan waktu yang salah. Maka perjuangan hidup yang benar adalah menembus ruang dan waktu yang bijaksana. Selain itu, menembus ruang dan waktu salalu berbeda. Jika diekstensikan maka masih banyak lagi yang lainnya, seperti bilangan. Spritualmnya bilangan?, normatifnya bilangan?. Ini adalah kondisi yang berbeda dengan batu, sebab secara ontologi, batu berada diluar pikiran dan bilangan ada didalam pikiran.  Batu dan bilangan yang digunakan untuk mensimulasikan dunia, berarti bahwa filsafat dapat membangun dunia dari yang ada dan yang mungkin ada.  Agar dapat membangun dunia maka harus memiliki keterampilan menembus ruang dan waktu. Untuk menembus waktu dengan baik dan benar maka diperlukan perbendaharaan kata. Misalnya, kata percaya.percayaan ini ada dalam hubungan antara subjek dan objek. Antara wadah dan isi dan metode yang digunakan dalam kepercayaan adalah validitas serta kepercayaan terhadap suatu data adalah validitas konstruk. Validitas isi, valitas pada karya ilmuah adalah validator.

Pertanyaan:
Bagaimana pandangan filsafat tentang ketidak percayaan terhadap orang lain?

Jawaban dari Prof Marsigit:
Ketika berbicara maka percaya ada didalam dan ada diluar. Jika subjeknya adalah diri kita maka selali diri kita adalah objeknya dan berada diluar.  Percaya didalam hati naik ke pikiran, benar didalam pikiran turun kehati, maka dalam berfilsafat ini berati proses mencari kepastian dan mencari kebenaran, ketika mencari kepastian dan kebenaran itu maka diri telah menembus ruang dan waktu yang salah atau dapat disebut mitos, kecuali  kepastian itu sebagai keyakinan dalam spritualitas. Jika tidak maka jadilah mitos. Mitos artinya terbatas apa yang dipikirkan kaitannya dengan urusan dunia. Itulah sebabnya dalam filsafat membongkar kepastian-kepastian itu. Jika diturunkan keranah psikologi, interaksi antara hati dan pikiran menghasilkan interaksi, fenomena dan aktifitas. Tidak percaya punya aliran dalam filsafat yaitu skeptisme dengan tokoh Renedscartes. Renedescartes memiliki pengalaman ketika bermimpi yang khusu, intensif dan bahkan tidak dapat membedakan ini mimpi atau nyata.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar