Kamis, 24 Desember 2015

HIPOTESIS PENELITIAN



Hipotesis adalah alat yang kuat dalam penyelidikan ilmiah. Hipotesis memungkinkan peneliti untuk menghubungkan teori dengan pengamatan dan pengamatan dengan teori. Setelah menemukan dan menyatakan masalah dan memeriksa literatur, peneliti siap untuk menyusun hipotesis. Hipotesis dapat tepat didefinisikan sebagai proposisi tentatif (sementara) yang disarankan sebagai solusi masalah atau sebagai penjelasan dari beberapa fenomena. Hipotesis merepresentasikan pernyataan harapan peneliti relatif terhadap hubungan antara variabel dalam bentuk sederhana. Hal ini kemudian diuji dalam studi penelitian.

Meskipun hipotesis direkomendasikan dan berguna untuk beberapa tujuan penting, namun tidak benar-benar penting dalam seluruh studi penelitian. Hipotesis adalah alat dalam proses penelitian, namun demikian penelitian tidak hanya berakhir dalam hipotesis. Penelitian sering dilakukan di daerah-daerah di mana hanya ada sedikit informasi yang melatarbelakangi. Jika peneliti ​​tidak memiliki wawasan tentang ruang lingkup masalah, variabel utama yang mempengaruhi fenomena, atau pengaturan di mana variabel terjadi, maka sangat sulit untuk menyatakan hipotesis yang bermakna. Survei, misalnya, yang mencoba untuk menggambarkan karakteristik fenomena tertentu atau berusaha untuk memastikan sikap dan pendapat kelompok sering berlangsung tanpa hipotesis. Jika data empiris di mana hipotesis dapat didasarkan belum tersedia bagi peneliti, maka sebuah pernyataan dari masalah penelitian sudah cukup dalam studi tersebut.

Hipotesis harus disusun sebelum tahap pengumpulan data dari studi karena dua alasan: (1) suatu hipotesis yang cukup beralasan menunjukkan bahwa peneliti memiliki pengetahuan yang cukup di wilayah penelitiannya. (2) hipotesis memberikan arah untuk pengumpulan dan interpretasi data; ini memberitahu kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan tipe dari data yang harus dikumpulkan.

1. Pengertian Hipotesis

Trelease (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati”. Sedangkan Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa “hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya”. Sementara Kerlinger (1973) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel”.

Wiersma mendefinisikan hipotesis sebagai “a hypothesis is conjucture or proposition about the solution to a problem, the relationship of two or more variabels, or the nature of some phenomenon”. Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian (Fraenkel dan Wallen, 1990). Lebih lanjut dinyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto (1995), hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran-kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu, maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.

Hal ini sejalan dengan istilah dari hipotesis itu sendiri yang berasal dari gabungan kata hipo yang berati yang di bawah dan tesis yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis berarti di bawah kebenaran. Artinya kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan baru dapat dianggap menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti.

Dari definisi-definisi di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah asumsi/perkiraan/dugaan sementara mengenai suatu hal atau permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data/fakta atau informasi yg diperoleh dari hasil penelitian. Hipotesis dapat dipandang sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, namun belum merupakan jawaban yang empirik dengan data. Benar tidaknya suatu hipotesis tergantung hasil pengujian dari data empiris.

2. Fungsi Hipotesis
Perumusan hipotesis ditujukan untuk landasan logis dan pemberi arah pada proses pengumpulan data serta proses penyelidikan itu sendiri. (John W. Best). Hipotesis dirumuskan utamanya berdasarkan hasil telaah pustaka. Dengan demikian bentuk rumusannya harus sejalan dengan hasil telaah pustaka atau bahasan teoritis dan relevan dengan rumusan masalah.

Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya perhatian peneliti terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Donal Ary (1985: 76 – 77) mengemukakan bahwa tujuan menyuguhkan hipotesis adalah:

1) Hipotesis memberikan penjelasan sementara dari fenomena dan memfasilitasi perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.

2) Hipotesis menyediakan pernyataan relasional yang langsung dapat diuji dalam studi penelitian kepada peneliti.

3) Hipotesis memberikan arahan untuk penelitian.

4) Hipotesis memberikan kerangka kerja untuk melaporkan kesimpulan dari penelitian.

Teori diciptakan untuk memahami dunia sekitar, namun teori jarang sekali secara langsung diuji kebenarannya dan yang diuji adalah hipotesis yang diturunkan dari teori. Dengan demikian fungsi hipotesis yang utama adalah membuka kemungkinan untuk menguji kebenaran teori. Dengan kata lain hipotesis berfungsi untuk menguji kebenaran suatu teori, mengembangkan suatu teori, dan memperluas pengetahuan kita mengenai fenomena-fenomena yang kita pelajari. Menurut Sugiyono (2013), secara garis besar kegunaan hipotesis adalah:

1) Memberikan batasan serta memeperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

2) Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3) Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

4) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

3. Jenis-jenis Hipotesis
Berdasarkan cara menurunkan hipotesis, Donald Ary (1985: 77 – 79) membedakan hipotesis menjadi dua, yaitu hipotesis induktif dan hipotesis deduktif.
1) Hipotesis induktif adalah hipotesis yang diturunkan secara induktif dari observasi perilaku. Dalam prosedur induktif, peneliti merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diobservasi. Yakni, peneliti melakukan observasi dari perilaku, memperhatikan kecenderungan-kecenderungan atau hubungan-hubungan yang mungkin dan kemudian membuat hipotesis suatu penjelasan dari observasi perilaku ini. Penyelidikan hipotesis induktif yang diturunkan dari persoalan sehari-hari seringkali dapat membantu dalam mengindikasi penyelesaian dari persoalan serupa.

2) Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari teori atau dari penemuan penelitian sebelumnya. Hipotesis ini mempunyai keuntungan yang mengarah ke sistem pengetahuan yang lebih umum, sebagai kerangka untuk menggabungkan mereka secara bermakna ke dalam kerangka pengetahuan yang sudah ada dalam teori itu sendiri. Dalam studi yang dirancang untuk menguji deduksi dari teori, sangat penting untuk memeriksa setiap kesenjangan logis yang mengintervensi antara teori dan hipotesis. Peneliti harus bertanya, apakah hipotesis secara logis mengikuti teori? Jika hipotesis tidak mengikuti teori, maka peneliti tidak dapat mencapai kesimpulan yang valid tentang kecukupan teori. Jika hipotesis didukung, tapi tidak diturunkan secara ketat dari teori, maka peneliti tidak dapat mengatakan bahwa hasil temuan memberikan atau mendukung kredibilitas teori. Namun sebaliknya, jika hipotesis tidak didukung dengan data, belum tentu teori kurang kredibel. Benar bahwa banyak hipotesis yang dapat diturunkan dari teori yang lebih dikenal telah teruji, tetapi banyak deduksi lain yang tetap harus dibuat dan diuji. Pun deduksi yang telah diteliti sebelumnya dapat digunakan untuk menghasilkan hipotesis yang lebih bervariasi untuk memperluas penerapan teori.
Kerlinger dan Lee (2000: 279) membagi hipotesis menjadi 2 jenis yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Research hypothesis are tentative statement about the expected outcomes for the variabels of the research study. Statistical hypothesis is a statement about one or more parameters that are measures of the populations under study. Statistical hypothesis are used in the analysis of data, research hypothesis indicate the direction of results.
In order to use inferential statistics, we need to translate the research hypothesis into a testable form, which is called the null hypothesis and to generate an alternative hypothesis. The null hypothesis states that the population parameter equals some value. An alternative hypothesis indicated situation corresponding to when the null hypothesis is not true.
Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik itu ada bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada hipotesis statistik. Ingat bahwa, hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil), hipotesis kerja disusun berdasarkan teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat negatif.

Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel populasi dan atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan statistik disini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
Menurut Yatim Meriyanto (1996), dilihat dari kategori rumusannya hipotesis dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Hipotesis nihil (null hypothesis) yang biasa disingkat dengan H0, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain.

Contoh: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD

2) Hipotesis alternatif (alternatif hypothesis) biasa disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara suatu variabel dengan variabel lain.

Contoh: ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Hipotesis alternatif ada 2 macam, yaitu directional hypothesis dan nondirectional hypothesis (Fraenkel dan Wallen, 1990; Suharsimi Arikunto, 1989). Directional hipotesis (hipotesis terarah) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independen memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependen.

Contoh: siswa yang diajar dengan metode inkiuri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode curah pendapat.

Nondirectional hipotesis (hipotesis tak terarah) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak menyususn prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan dilakukan.

Contoh: ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar tanya jawab dan PBL terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Menurut Yatim Meriyanto (1996), berdasarkan sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan dalam 2 macam, yaitu:

1). Hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih mengacu pada penelitian korelasional. Hubungan antar variabel tersebut dapat dibedakan menjadi 3 hal yaitu:

a) Hubungan yang sifatnya sejajar, tidak timbal balik.

Contoh: hubungan anatar kemampuan fisika dan kimia. Nilai fisika mempunyai hubungan sejajar dengan niali kimia tetapi tidak merupakan hubungan sebab akibat dan timabal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai kimia yang tinggi dan sebaliknya.

b) Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.

Contoh: hubunagn antara tingkat kekayaan dengan kelancaran berusaha. Semakin tinggi tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya dan sebaliknya.

c) Hubungan yang menunjukkan sebab akibat, tetapi tidak timbal balik.

Contoh: hubungan antara waktu PBM dengan kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung siswa semakin jenuh terhadap pelajatan yang disampaikan.

2) Hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.

Contoh penelitian eksperimen:

Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA anata yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab dan metode diskusi.

Contoh penelitian komparatif:

Ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang berada di kota dan di desa.



Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor.

1) Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subyek penelitian.

Contoh: ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

2) Hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).

Contoh: ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA, ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa.

4. Karakteristik Hipotesis Yang Baik

Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal, dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana.

Donald Ary (1985 : 80 – 83) menjelaskan karakteristik dari hipotesis yang dapat digunakan sebagai berikut:

1) a hypothesis must have explanatory power

2) a hypothesis must state the expected relationship between variabels

3) a hypothesis must be testable

4) a hypothesis should be consistent with the existing body of knowledge

5) a hypothesis should be stated as simply and concisely as possible

Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
Hipotesis harus menyatakan hubungan
Hipotesis harus sesuai dengan hubungan
Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan
Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis harus sederhana
Hipotesis harus bisa menerangkan fakta

5. Pengujian Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara yang memerlukan pengujian lanjut terhadap rumusan masalah penelitian. Untuk menguji kebenaran hipotesis dilakukanlah pengumpulan data. Dalam statistika yang diuji adalah hipotesis nol. Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis alternatif (Ha), yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik.

Uji hipotesis adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Cara menaksir dengan a point estimate (titik taksiran) dan interval estimate (taksiran interval). Titik taksiran adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Taksiran interval adalah adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.

Langkah-langkah pengujian Hipotesis:

1) Merumuskan Ho dan Ha dengan jelas sesuai dengan persoalan yang dihadapi.

2) Memilih uji statistik yang sesuai dengan asumsi sebaran populasi dan skala pengukuran data.

3) Menetapkan taraf signifikanan α.

4) Menghitung statistik uji berdasarkan data. Mengganti peubah acak dengan nilai-nilai pengamatan yang telah diperoleh.

5) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis pengujian.

6) Membuat kesimpulan dengan jalan membandingkan nilai statistik dengan nilai kritis.

Hipotesis tidak selamanya mesti diterima kebenarannya. Terkadang hipotesis ditolak karena tidak didukung oleh fakta empiris. Penolakan hipotesis dapat menjadi penemuan positif, karena telah memecahkan masalah ketidaktahuan dan memberi jalan kepada hipotesis yang lebih baik. Walaupun semua prosedur dilakukan dengan teliti, kemungkinan terjadinya suatu kesalahan dalam pengambilan keputusan tetap ada. Dalam hal ini ada tiga macam kesalahan yang mungkin terjadi, yaitu (1) kesalahan jenis I, yakni menolak Ho yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α, (2) kesalahan jenis II, yakni menerima Ho yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan dinyatakan dengan β, dan (3) kesalahan jenis III, yakni kesalahan merumuskan hipotesis. Dalam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa persen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (yang seharusnya diterima).

Hipotesis diterima 100% apabila data sampel yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter populasi. Namun jika di luar nilai parameter populasi akan terdapat kesalahan. Kesalahan ini akan semakin besar jika data sampel jauh dari nilai parameter populasi. Tingkat kesalahan ini dinamakan level of significant atau tingkat signifikansi.

Kesalahan dalam penelitian tidak dapat ditiadakan sama sekali, tetapi dapat diperkecil sesuai dengan ketentuan atau tingkat kepercayaan (tingkat signifikansi) yang diinginkan, seperti: 0,10; 0,05; 0,01.

Contoh: Misalkan kita ajukan hipotesis bahwa antara variabel X & Y terdapat korelasi (r) positif, jadi rxy > 0 atau dilambangkan sebagai H : rxy > 0. Dengan demikian hipotesis nol dilambangkan sebagai H0 : rxy ≤ 0, yang artinya korelasi antara X dan Y = 0 atau kurang dari 0. Bila tingkat signifikansi yang diinginkan 0,01 maka ditulis α = 0,01

Dalam menafsirkan hasil-hasil pengujian hipotesis terdapat tiga kemungkinan, yaitu:

1) Semua hipotesis diterima dan didukung oleh hasil tes. Ini berarti bahwa teori yang mendasari hipotesis itu benar.

2) Semua hipotesis ditolak karena tidak didukung oleh tes. Ini berarti bahwa teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis tidak benar.

3) Sebagian dari hipotesis didukung dan sebagian ditolak setelah dites. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam mengambil kesimpulan dan memang sangat kompleks untuk mengambil suatu kesimpulan.

Daftar Pustaka

Ary, Donald. 1985. Introduction To Research In Education_3th ed. New York : Holt, Rienhart and Winston.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta

Wiersma, William. 2009. Research Method in Education : An Introduction_ 9th.ed. Boston : Pearson

Tidak ada komentar:

Posting Komentar