Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berorientasi pada Pendekatan Scientific dipadu dengan PBL untuk meningkatkan Prestasi Akademik
dan Kemampuan Berpikir Kritis
Variabel Bebas: Pendekatan Scientific dan PBL
Variabel Terikat: Prestasi Akademik dan
Kemampuan Berpikir Kritis
1. Pendekatan
Scientific
A. Definisi
Pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan di
Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium
formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996:115).
Pendekatan scientific memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk
memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam
langka-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi
untuk siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008:31). Menurut Nur (dalam Ibrahim,
2010:3), pendekatan atau metode scientific adalah pendekatan atau metode
untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan
jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan scientific adalah
penyelidikan ilmiah. Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha
sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau pertanyaan. Dengan
demikian, ciri khas pendekatan scientific
adalah pemecahan masalah melalui
penalaran dan pengamatan. Dalam permendiknas
No 81A (2013:35) disebutkan lima kegiatan pembelajaran dalam pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Berdasarkan uraian
di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran yang berbasis penyelidikan ilmiah. Adapun proses
pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik
untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
B. Karakteriristik
Karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud
(2013) adalah sebagai berikut
1.
Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif guru- peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana,
jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
C. Langkah-Langkah
Menurut (Permendiknas No:81a:2013) langkah-langkah
dalam pendekatan scientific adalah 5M yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun uraiannya dipaparkan
sebagai berikut:
1)
Mengamati
Mengamati Pengamatan adalah menggunakan satu atau
lebih indera-indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau,
pengecap, dan peraba atau perasa.
2)
Menanya
Menanya dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat
mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam
3)
Mengumpulakn informasi
Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi
merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan
informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan
sebagainya
4)
Mengasosiasi
Mengasosiasikan Kegiatan mengasosiasikan dalam
kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut
5)
Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan
pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
B. Karakteristik
Dalam kelas PBL, tugas guru adalah
memberikan persoalan-persoalan yang autentik yang dapat memfasilitasi dan
mendukung siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus mendorong siswa agar
mampu untuk aktif, mandiri, berpikir reflektif, dan berpikir kritis dalam
kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, PBL mempunyai beberapa
karakteristik Menurut (Boud and Feletti,
1998) yaitu:
·
Using
stimulus material to help student discuss on important problem, question, or
issue.
·
Presenting
the problems as simulation of professional practice or a real life situation
·
Appropriately
guiding student critical thinking and providing limited resources to help them
learn from defining and attempting to resolve the given problem.
·
Having
student work cooperatively as a group
·
Getting
student to identify their own learning needs and appropriate use of available
resources.
·
Reapplying
this new knowledge to the original problem and evaluating their learning
processes.
Karakteristik
Pembelajaran berbasis PBL dari Oon Seng
Tan (2006) mendukung karakteristik
dari Boud and Feletti yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai
beberapa karakteristik yaitu:
·
Use
of a real-world problem as the starting point
·
The
problems challenge student’s current knowledge
·
Self-directed
learning is primary
·
Learning
is collaborative, communicative, and cooperative
·
Development
of inquiry and problem-solving skills is important as content knowledge
acquisition for the solution of problem
·
Closure
in the PBL process includes synthesis and integration of learning
Menurut Oon Seng Tan (2006) karakteristik PBL
meliputi 1) menggunakan masalah sebagai starting
point dalam pembelajaran; 2) Permasalahan menantang pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa; 3) belajar mengarahkan diri menjadi hal utama; 4) belajar
adalah kolaborasi, komunikasi, dan kooperatif; 5) mengembangkan keterampilan
inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan
untuk mencari solusi dari permasalahan; 6) terbuka dalam PBL meliputi sintesis
dan integrasi dari proses belajar.
C. Langkah-Langkah
PBL
Ibrahim
dan Nur (2003:13) mengemukakan lima tahapan dalam pembelajaran PBL yang secara
rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks PBL
Fase
|
Tingkah laku Guru
|
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
|
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
Fase 3
Membimbing pengalaman individu atau kelompok
|
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan pada proses pemecahan masalah
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai
seperti laporan, dan membantu untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi pada proses pemecahan masaah
|
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan dan proses yang mereka gunakan.
|
3. Prestasi
Akademik
A. Pengertian
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) Prestasi merupakan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukan dengan
nilai tes yang diberikan oleh pengajar.
B. Indikator
Menurut
Muhibbin Syah( 2005:216) indikator diklasifikasikan sebagai berikut:
4. Kemampuan
berpikir Kritis
A. Definisi
Berpikir kritis merupakan cara berpikir tingkat tinggi
secara beralasan untuk memutuskan atas tindakan yang harus dilakukan. “Critical
thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe
or do”
(Ennis, 2011). Berpikir kritis merupakan bagian dari
pola berpikir berpikir tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis
menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan
gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola
penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bisa mendasari tiap-tiap
posisi, serta memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan
meyakinkan (Liliasari, 2009). Jadi
secara umum kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan mengidentifikasi,
memberikan alasan, memunculkan gagasan, dan
melakukan suatu tindakan.
B.
Indikator
Berdasarkan
kemampuan berpikir terdapat beberapa indikator-indikator sebagai kriteria
keberhasilan dari kemampuan berpikir kritis.
Alec Fisher (2001:8) membagi komponen kemampuan berpikir kritis menjadi
delapan indikator yaitu:
(1)Identify
the elemen in reasoned case, especially reasons and conclusion; (2) Identify and evaluate assumptions; (3)
Clarify and interprate expression and idea; (4) Judge the acceptability especially the creadibility of claims; (5) Evaluate arguments of different kind;
(6) Analyse, evaluate, and make decisions;
(7) Draw inferences; (8) Produce argument.
Indikator yang diungkapkan Alex mempunyai makna: 1) Mengidentifikasi alasan dan kesimpulan; (2) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi; (3) Mengklarifikasi dan menginterpretasi; (4) Memiliki kemampuan khususnya kebenaran suatu pernyataan; (5) Menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan penjelasan; (6) Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan; (7) membuat kesimpulan; dan (8) Menyatakan argumen.
Berbeda
dengan Alec Fisher, Ennis membagi komponen berpikir kritis menjadi lima
indikator yaitu:
a.
Focus
on a question
b.
Analyze
argument
c.
Ask
and answer clarification or challenge question
d.
Judge
the credibility of a source
e.
Observe
and judge observation reports,
Sejalan dengan pemikiran Ennis,
liliana mengelompokan indikator kemampuan berpikir kritis menjadi lima bagian.
1)
Memberikan
penjelasan sederhana
Memberikan
penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan pertanyaan,
menganalisis argumen, dan menjawab pertanyaan
2)
Membangun
keterampilan dasar
Membangun
keterampilan dasar yang terdiri dari menyesuaikan dengan sumber, mengamati, dan
kemampuan memberikan alasan
3)
Menyimpulkan
Menyimpulkan
terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan, melakukan generalisasi
dan melakukan evaluasi
4)
Memberi
penjelasan lanjut
Membuat
penjelasan lanjut dengan mengartikan istilah dan membuat definisi
5)
Mengatur
strategi dan taktik
Mengatur
strategi dan taktik dengan menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan suatu
masalah
Melihat ulasan dari beberapa
pendapat, diperoleh kesimpulan bahwa berpikir kritis merupakan pemikiran secara
konvergen dan reflektif yang berperan dalam pembuatan keputusan dan tindakan
untuk memecahkan masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek
kemampuan berpikir kritis menurut Ennis yang digabungkan dengan pendapat
liliasari yang memuat 5 aspek kemampuan berpikir kritis yaitu: 1) Memberikan
penjelasan sederhana; 2) Membangun keterampilan dasar; 3) Menyimpulkan; 4)
Memberi penjelasan lanjut; 5) Mengatur stategi dan taktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar