Kamis, 24 Desember 2015

VARIABEL PENELITIAN 1



Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi pada Pendekatan Scientific dipadu dengan PBL untuk meningkatkan Prestasi Akademik dan Kemampuan Berpikir Kritis
Variabel Bebas: Pendekatan Scientific dan PBL
Variabel Terikat: Prestasi Akademik dan Kemampuan Berpikir Kritis
1.   Pendekatan Scientific
A.     Definisi
Pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan di Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996:115). Pendekatan  scientific memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses  pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langka-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa  melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008:31). Menurut Nur (dalam Ibrahim, 2010:3), pendekatan atau metode  scientific adalah pendekatan atau metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan  scientific adalah penyelidikan ilmiah. Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau  pertanyaan. Dengan demikian, ciri khas pendekatan   scientific  adalah pemecahan masalah melalui penalaran dan pengamatan.  Dalam permendiknas No 81A (2013:35) disebutkan lima kegiatan pembelajaran dalam pendekatan  scientific yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific  yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berbasis  penyelidikan ilmiah. Adapun proses pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas suatu  permasalahan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

B.     Karakteriristik
Karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud (2013) adalah sebagai berikut
1.    Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.    Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru- peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.    Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.    Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi  pembelajaran.
5.    Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6.    Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7.    Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

C.      Langkah-Langkah

Menurut (Permendiknas No:81a:2013) langkah-langkah dalam pendekatan scientific adalah 5M yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun uraiannya dipaparkan sebagai berikut:
1)     Mengamati
Mengamati Pengamatan adalah menggunakan satu atau lebih indera-indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap, dan peraba atau perasa.
2)     Menanya
Menanya dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat mengajukan  pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam
3)     Mengumpulakn informasi
Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari  bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya
4)     Mengasosiasi
Mengasosiasikan Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang  bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki  pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut
5)     Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 

B.     Karakteristik


Dalam kelas PBL, tugas guru adalah memberikan persoalan-persoalan yang autentik yang dapat memfasilitasi dan mendukung siswa dalam proses pembelajaran. Guru harus mendorong siswa agar mampu untuk aktif, mandiri, berpikir reflektif, dan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, PBL mempunyai beberapa karakteristik Menurut  (Boud and Feletti, 1998)  yaitu:
·         Using stimulus material to help student discuss on important problem, question, or issue.
·         Presenting the problems as simulation of professional practice or a real life situation
·         Appropriately guiding student critical thinking and providing limited resources to help them learn from defining and attempting to resolve the given problem.
·         Having student work cooperatively as a group
·         Getting student to identify their own learning needs and appropriate use of available resources.
·         Reapplying this new knowledge to the original problem and evaluating their learning processes.

Karakteristik Pembelajaran berbasis PBL dari  Oon Seng Tan (2006) mendukung  karakteristik dari  Boud and Feletti  yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL mempunyai beberapa karakteristik yaitu:
·         Use of a real-world problem as the starting point
·         The problems challenge student’s current knowledge
·         Self-directed learning is primary
·         Learning is collaborative, communicative, and cooperative
·         Development of inquiry and problem-solving skills is important as content knowledge acquisition for the solution of problem
·         Closure in the PBL process includes synthesis and integration of learning 

Menurut  Oon Seng Tan (2006) karakteristik PBL meliputi 1) menggunakan masalah sebagai starting point dalam pembelajaran; 2) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa; 3) belajar mengarahkan diri menjadi hal utama; 4) belajar adalah kolaborasi, komunikasi, dan kooperatif; 5) mengembangkan keterampilan inquiri dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari permasalahan; 6) terbuka dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari proses belajar.



C.      Langkah-Langkah PBL
Ibrahim dan Nur (2003:13) mengemukakan lima tahapan dalam pembelajaran PBL yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks PBL
Fase
Tingkah laku Guru
Fase 1
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan,  dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
Fase 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3
Membimbing pengalaman individu atau kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan pada proses pemecahan masalah
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu untuk berbagi tugas dengan temannya
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi pada proses pemecahan masaah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka gunakan.
3.   Prestasi Akademik
A.     Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh pengajar.
B.     Indikator
Menurut Muhibbin Syah( 2005:216) indikator diklasifikasikan sebagai berikut:





4.   Kemampuan berpikir Kritis
A.     Definisi
Berpikir kritis merupakan cara berpikir tingkat tinggi secara beralasan untuk memutuskan atas tindakan yang harus dilakukan.  Critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe or do” (Ennis, 2011).   Berpikir kritis merupakan bagian dari pola berpikir berpikir tingkat tinggi yang bersifat konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bisa mendasari tiap-tiap posisi, serta memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan (Liliasari, 2009).  Jadi secara umum kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memberikan alasan, memunculkan gagasan, dan  melakukan suatu tindakan.
B.     Indikator
Berdasarkan kemampuan berpikir terdapat beberapa indikator-indikator sebagai kriteria keberhasilan dari kemampuan berpikir kritis.  Alec Fisher (2001:8) membagi komponen kemampuan berpikir kritis menjadi delapan indikator yaitu:
(1)Identify the elemen in reasoned case, especially reasons and conclusion; (2) Identify and evaluate assumptions; (3) Clarify and interprate expression and idea; (4) Judge the acceptability especially the creadibility of claims; (5) Evaluate arguments of different kind; (6) Analyse, evaluate, and make decisions; (7) Draw inferences; (8) Produce argument.
             
Indikator yang diungkapkan Alex mempunyai makna: 1) Mengidentifikasi alasan dan kesimpulan; (2)  Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi; (3) Mengklarifikasi dan menginterpretasi; (4) Memiliki kemampuan khususnya kebenaran suatu pernyataan; (5) Menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan penjelasan; (6) Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan; (7) membuat kesimpulan; dan (8) Menyatakan argumen.
Berbeda dengan Alec Fisher, Ennis membagi komponen berpikir kritis menjadi lima indikator yaitu:
a.       Focus on a question
b.       Analyze argument
c.       Ask and answer clarification or challenge question
d.       Judge the credibility of a source
e.       Observe and judge observation reports,
            Sejalan dengan pemikiran Ennis, liliana mengelompokan indikator kemampuan berpikir kritis menjadi lima bagian.
1)    Memberikan penjelasan sederhana
Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan menjawab pertanyaan
2)    Membangun keterampilan dasar
Membangun keterampilan dasar yang terdiri dari menyesuaikan dengan sumber, mengamati, dan kemampuan memberikan alasan
3)    Menyimpulkan
Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi
4)    Memberi penjelasan lanjut
Membuat penjelasan lanjut dengan mengartikan istilah dan membuat definisi
5)    Mengatur strategi dan taktik
Mengatur strategi dan taktik dengan menentukan suatu tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah
            Melihat ulasan dari beberapa pendapat, diperoleh kesimpulan bahwa berpikir kritis merupakan pemikiran secara konvergen dan reflektif yang berperan dalam pembuatan keputusan dan tindakan untuk memecahkan masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan aspek kemampuan berpikir kritis menurut Ennis yang digabungkan dengan pendapat liliasari yang memuat 5 aspek kemampuan berpikir kritis yaitu: 1) Memberikan penjelasan sederhana; 2) Membangun keterampilan dasar; 3) Menyimpulkan; 4) Memberi penjelasan lanjut; 5) Mengatur stategi dan taktik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar