Keefektifan
Pendekatan Scientific dipadu dengan Problem Solving dan Pendekatan Scientific dipadu
dengan Open Ended ditinjau dari peningkatan prestasi belajar,
kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif.
Variabel Bebas: Pendekatan Scientific, Problem Solving, dan Open
Ended
Variabel Terikat: Kemampuan Pemecahan masalaha dan Kemampuan berpikir
kreatif
1. Pendekatan
Scientific
A. Definisi
Pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan di
Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium
formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996:115).
Pendekatan scientific memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk
memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam
langka-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi
untuk siswa melaksanakan kegiatan
pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008:31). Menurut Nur (dalam Ibrahim,
2010:3), pendekatan atau metode scientific adalah pendekatan atau metode
untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan
jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan scientific adalah
penyelidikan ilmiah. Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha
sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau pertanyaan. Dengan
demikian, ciri khas pendekatan scientific
adalah pemecahan masalah melalui
penalaran dan pengamatan. Dalam permendiknas
No 81A (2013:35) disebutkan lima kegiatan pembelajaran dalam pendekatan scientific yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Berdasarkan uraian
di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran yang berbasis penyelidikan ilmiah. Adapun proses
pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik
untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan melalui kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
B. Karakteriristik
Karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud
(2013) adalah sebagai berikut
1.
Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu;
bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi
edukatif guru- peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana,
jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
C. Langkah-Langkah
Menurut (Permendiknas No:81a:2013) langkah-langkah
dalam pendekatan scientific adalah 5M yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun uraiannya dipaparkan
sebagai berikut:
1)
Mengamati
Mengamati Pengamatan adalah menggunakan satu atau
lebih indera-indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau,
pengecap, dan peraba atau perasa.
2)
Menanya
Menanya dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat
mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam
3)
Mengumpulakn informasi
Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi
merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari
kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan
informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan
sebagainya
4)
Mengasosiasi
Mengasosiasikan Kegiatan mengasosiasikan dalam
kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut
5)
Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut
disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan
pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
2. Problem
Solving
A. Definisi
Menurut Branca, N. A (dalam
Sumardyono) Problem solving dalam pembelajaran matematika merupakan (1) problem
solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai
proses (as a process),dan (3) problem solving sebagai
keterampilan dasar (as a basic skill).
1.
Problem
solving sebagai tujuan
Problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan
pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur,
atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini
adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve
problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar
matematika.
2.
Problem
solving sebagai proses
Problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek
ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan
segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam
interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan
heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah
proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini sering
menjadi fokus dalam kurikulum matematika.
3.
Problem
solving sebagai
keterampilan dasar
Pengertian problem solving sebagai keterampilan
dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu problem
solving? Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam
matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung,
keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan “matematika”, dan
lainnya. Satu lagi yang baik secara implisit maupun eksplisit sering
diungkapkan adalah keterampilan problem solving.
Menurut Krulik and Rudnick (dalam Jamin Carson), problem solving
adalah sarana yang digunakan oleh individu dalam menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya untuk memenuhi
tuntutan situasi dan menerapkannya ke situasi baru dan berbeda.
Berdasarkan dari dua definisi para ahli, problem solving merupakan
proses pembelajaran yang mengacu pada tujuan, proses, dan keterampilan
yang menggunakan sarana yang berupa pengetahuan yang dimiliki siswa
untuk memenuhi tuntutan situasi baru dan berbeda.
B. Karakteristik
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak
lepas dari suatu masalah. Apa itu masalah? Masalah merupakan kesenjangan antara
kenyataan dan harapan. Dalam pembelajaran matematika tentunya tak lepas dari
suatu masalah. Namun, tidak semua soal matematika tergolong dalam masalah
matematika. Menurut Becker & Shimada, 1997 (dalam McIntosh, R. dan Jaret,D.,2000) “Genuine problem
solving requires a problem that is just beyond the student’s skill level so
that she will not automatically know which solution method to use. The problem
should be nonroutine, in that the student perceives the problem as challenging
and unfamiliar, yet not insurmountable”. Berdasarkan uraian tersebut soal
yang termasuk dalam kategori itu
haruslah memenuhi komponen sebagai berikut:
a.
Masalah tidak boleh rutin (
tidak langsung diketahui cara penyelesaiannya)
b.
Masalah haruslah menantang.
Menurut (McIntosh, R. dan Jaret, D, 2000: 20) permasalahan yang baik dalam problem solving yaitu:
1.
Menarik bagi siswa dan menerapkan kehidupan nyata
(kontekstual)
2.
Berisi konten matematika yang penting
3.
Bersifat open-ended
dan bukan masalah rutin
4.
Memberikan tantangan bagi siswa tetapi dapat
diselesaikan
5.
Membutuhkan ketrampilan yang baik
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa permasalahan yang baik dalam problem
solving adalah: (1) Menarik bagi siswa dan menerapkan kehidupan nyata (kontekstual) (2) Berisi konten matematika yang penting (3) Bersifat open-ended
dan bukan masalah rutin (4) Memberikan tantangan bagi siswa
tetapi dapat diselesaikan (5) Membutuhkan ketrampilan yang baik
C. Langkah-langkah
Menurut Polya (1973: 6-15),
terdapat empat tahap dalam pemecahan masalah, yaitu:
a) Memahami masalah
Tahap pertama dalam memahami masalah adalah memahami
pernyataan dalam masalah tersebut. Siswa harus mampu menemukan hal yang tidak
diketahui, data yang diketahui, dan syarat yang terdapat pada masalah. Selain
itu, siswa juga menuliskan hal-hal tersebut dalam notasi matematika dengan
bahasa siswa sendiri.
b) Merencanakan penyelesaian
masalah
Pada tahap ini siswa dituntut untuk memikirkan
langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan. Semakin bervariasi pengalaman
siswa maka siswa akan cenderung semakin kreatif dalam perencanaan penyelesaian
masalah.
c)
Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
Pada tahap ini siswa menjalankan
rencana penyelesaian masalah yang telah dibuat untuk mendapatkan solusi
permasalahan. Selain menjalankan perhitungan matematis, siswa juga mencantumkan
data dan informasi yang diperlukan sehingga siswa dapat menyelesaikan soal yang
dihadapinya dengan baik dan benar.
d)
Melakukan pengecekan
jawaban
Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan terhadap jawaban
yang telah diperoleh melalui tahap pertama sampai tahap ketiga. Proses
pengecekan dilakukan dengan mempertimbangkan dan menguji kembali jawaban yang
diperoleh terhadap permasalahan. Menurut Lajoie (McIntosh, R. dan Jaret, D., 2000: 15), proses mengecek jawaban kembali dapat berupa
berbagai macam aktivitas, seperti berikut:
1.
Melakukan verifikasi jawaban
2.
Mengecek jawaban dengan metode lain
3.
Menentukan kevalidan pendapat
4.
Mengaplikasikan hasil atau metode jawaban pada
permasalahan lain
5.
Menginterpretasikan jawaban dalam permasalahan
6.
Menggeneralisasikan hasil jawaban
7.
Menyelesaikan
permasalahan yang baru
3. Open Ended
A. Definisi
Becker
dan Shigeru (Inprashita, 2006) mengungkapkan pendekatan open-ended pada awalnya
dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an. Antara tahun 1971 dan 1976, peneliti-peneliti
Jepang melakukan proyek penelitian pengembangan metode evaluasi keterampilan
berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika dengan menggunakan soal
atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema. Sedangkan apa pengertian
pendekatan open-ended telah
diungkapkan Shimada (2005:1) yaitu pendekatan pembelajaran yang menyatakan
suatu permasalahan yang memiliki metode
atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir siswa dapat terlatih dengan baik..
B. Karakteristik
1) Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata
dimana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2) Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam
persoalan itu.
3) Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri)
sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
4) Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat
menemukan aturan matematika.
5) Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori
sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan
C. Langkah-Langkah
Berdasarkan uraian tentang
pembelajaran dengan pendekatan open-ended,
maka garis besar langkah pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Adapun secara terperinci langkah pembelajarannya sebagai
berikut.
a. Kegiatan awal
1) Guru melakukan tanya jawab untuk mengecek pengetahuan
prasyarat dan keterampilan yang dimiliki siswa.
2) Guru menginformasikan kepada siswa materi yang akan mereka
pelajari, dan kegunaan materi tersebut.
b. Kegiatan Inti
1)
Memberi
masalah
Guru
memberikan masalah open-ended yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
2)
Mengeksplorasi
masalah
Waktu
mengeksplorasi masalah dibagi dua sesi. Sesi pertama digunakan untuk bekerja
secara individual untuk menyelesaikan masalah. Pada sesi kedua siswa bekerja
secara berkelompok untuk mendiskusikan hasil pekerjaan individunya.
3)
Memahami
respon siswa
Guru
meminta beberapa orang siswa sebagai wakil dari beberapa kelompok untuk
mengemukakan hasil diskusinya. Siswa diharapkan merespon masalah dalam berbagai
cara atau penyelesaian dan guru merekamnya.
4)
Pembahasan
respon siswa (diskusi kelas)
Guru
mencatat respon siswa, pendekatan atau solusi masalah mereka dan menulis
sebanyak mungkin kemungkinan respon siswa dan mendaftarnya. Kemudian guru
mengelompokkan respon siswa sesuai dengan sudut pandang tertentu. Dalam proses
diskusi kelas, guru mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban dan
kesimpulan tentang konsep yang diajarkan.
5) Meringkas apa yang dipelajari
Hasil
diskusi kelas disimpulkan, kemudian guru memberikan soal-soal lain yang
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari dan siswa diminta
mengerjakannya, baik secara individu maupun kelompok.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.
2) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4. Prestasi
A. Definisi
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) Prestasi merupakan penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukan dengan
nilai tes yang diberikan oleh pengajar.
B. Indikator
5. Kemampuan
Pemecahan Masalah
A. Definisi
kemampuan pemecahan masalah yang dikemukakan
oleh Mourtos, Okamoto, dan Rhee (2004: 1) yaitu: “Problem solving is defined as a process, used to
obtain a best answer to an unknown, or a decision subject to some constraints.” Hal ini dapat diartikan bahwa pemecahan masalah
adalah suatu proses, yang digunakan untuk memperoleh jawaban terbaik untuk hal
yang tidak diketahui atau suatu subjek keputusan untuk beberapa kendala. Oleh
karena itu, terdapat dua definisi mengenai pemecahan masalah. Definisi
pemecahan masalah yang pertama lebih mengarah kepada suatu proses untuk
memperoleh jawaban yang terbaik, sedangkan definisi pemecahan masalah yang
kedua lebih mengarah kepada suatu keputusan dari beberapa kendala yang
diberikan.
Definisi lain yang dikemukakan oleh O’Connell
(2000: 3) yaitu: “Problem solving is a process that requires students to
follow a series of steps to find a solution.” Dari sinilah dapat
diartikan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang mengharuskan siswa untuk
mengikuti serangkaian tahap-tahap untuk mendapatkan suatu penyelesaian. Beliau
juga menambahkan bahwa meskipun beberapa siswa secara intuitif mengikuti suatu
proses, beberapa siswa lainnya masih perlu untuk diajarkan mengenai bagaimana
cara untuk mencapai suatu solusi. Hal ini menggambarkan pentingnya siswa untuk
mengetahui apa sajakah tahap-tahap memecahkan masalah. Sehingga, setelah
mengetahui tahap-tahap memecahkan masalah, siswa akan lebih terarah dalam
memperoleh suatu solusi.
Dikarenakan pentingnya kemampuan pemecahan
masalah dalam suatu pembelajaran matematika, masing-masing siswa perlu dilatih
dan dibiasakan untuk dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga,
apabila dihadapkan dengan sebuah permasalahan matematika, siswa dapat memahami
bagaimana proses pemecahan masalah tersebut, bukan hanya sekedar menerapkan
rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Polya (1988: 5-6) menyatakan bahwa
langkah-langkah yang dilalui siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan
matematika antara lain: understanding the
problem atau memahami masalah, devising
a plan atau merencanakan penyelesaian masalah, carrying out the plan atau menyelesaikan masalah sesuai rencana,
dan looking back atau melakukan
pengecekan kembali. Dengan melihat keempat tahap tersebut, dapat diketahui
sejauh mana kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa.
B.
Langkah-langkah
Sejalan dengan hal tersebut, Polya (1988,
6-16) menjabarkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah antara lain:
a. Understanding the problem atau memahami masalah
Memahami masalah adalah langkah awal dalam
memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan tanpa pemahaman mengenai masalah yang
diberikan, seseorang tidak akan dapat memecahkan masalah tersebut. Sebelum
memecahkan masalah, siswa harus membaca masalah dengan seksama, baru kemudian
dapat memahami memahami masalah dan berkeinginan untuk menyelesaikannya.
Kemudian siswa menuliskan apa saja hal-hal yang diketahui dan yang hendak
dicari dari permasalahan tersebut.
b. Devising a plan atau merencanakan penyelesaian masalah
Setelah memahami masalah, siswa menuliskan
rencana-rencana yang akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.
Menambahkan hal tersebut, Wheeler (1992) dalam Herman Hudojo (2003: 163)
menyatakan bahwa dalam merencanakan penyelesaian suatu masalah, siswa dapat
melakukan beberapa hal, contohnya:
1) membuat tabel, gambar, ataupun model
matematika,
2) mencari pola,
3) menyatakan kembali permasalahan,
4) menggunakan penalaran, variabel, ataupun
persamaan,
5) menyederhanakan permasalahan,
6) menghilangkan situasi yang tidak mungkin,
7) menggunakan algoritma,
8) memecah kasus menjadi beberapa bagian,
9) menggunakan rumus,
10) menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru.
c. Carrying out the plan atau menyelesaikan masalah sesuai rencana
Setelah melakukan rencana penyelesaian
masalah, siswa menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai rencana sebelumnya
untuk mendapatkan solusi. Misalnya, siswa menyelesaikan masalah secara step-by-step sesuai dengan urutan-urutan
yang dituliskan dalam tahap sebelumnya.
d. Looking back atau melakukan pengecekan kembali
Pada tahap ini, siswa mengecek kembali solusi
yang diperoleh. Dengan melakukan pengecekan kembali, siswa dapat mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki. Hal ini dikarenakan ketika siswa
melakukan pengecekan kembali, dia akan memperoleh kesempatan secara natural
untuk menyelidiki koneksi dari suatu masalah.
C.
Indikator
Berdasarkan uraian sebelumnya, kemampuan
pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa
dalam proses mendapatkan penyelesaian dari suatu
masalah, yang diperoleh dengan cara mengikuti serangkaian tahap-tahap
memecahkan masalah. Adapun tahap-tahap siswa dalam memecahkan masalah meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaian
masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan
kembali. Secara lebih jelas, indikator kemampuan pemecahan masalah pada keempat
tahap tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut.
Indikator
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
No.
|
Kemampuan Pemecahan Masalah
|
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
|
1
|
Memahami masalah
|
a.
Menuliskan apa yang diketahui dari masalah
b.
Menuliskan apa yang ditanyakan dari masalah
|
2
|
Merencanakan
penyelesaian masalah
|
Menuliskan langkah-langkah untuk menyelesaikan
masalah
|
3
|
Menyelesaikan
masalah sesuai rencana
|
Menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah
yang ditulis sebelumnya
|
4
|
Melakukan
pengecekan kembali
|
a.
Mengecek kembali solusi yang diperoleh menggunakan
cara lain dengan benar
b.
Membuat kesimpulan sesuai pertanyaan
|
6. Kemampuan
berpikir Kreatif
A. Definisi
LTSIN (2001) secara khusus
mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the
process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of
ideas which have not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa
berfikir kreatif adalah proses (bukan hasil) untuk menghasilkan ide baru dan
ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang sebelumnya belum disatukan.
B. Karakteristik
LTSIN (2001) menyatakan bahwa ide
seseorang berfikir kretif minimal mempunyai salah satu karakteristik dari: (a)
ide itu belum ada sebelumnya; (b) sudah ada di tempat lain hanya saja ia tidak
tahu; (c) ia menemukan proses baru untuk melakukan sesuatu; (d) ia menerapkan
proses yang sudah ada pada area yang berbeda; (e) ia mengembangkan sebuah cara
untuk melihat sesuatu pada perspektif yang berbeda. Dari lima karakteristik
diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa berfikir kreatif dapat berupa ide baru
yang belum ada sebelumnya dan dapat berupa ide baru sebagai penyempurnaan dari
yang sudah ada sebelumnya.
C. Indikator
Guilford menyebutkan lima indikator berfikir kreatif,
yaitu:
- Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi , mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah;
- Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
- Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah;
- keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang;
- Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar