Kamis, 24 Desember 2015

VARIABEL PENELITIAN 2

Keefektifan Pendekatan Scientific dipadu dengan Problem Solving dan Pendekatan Scientific dipadu dengan Open Ended ditinjau dari peningkatan prestasi belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kreatif.
Variabel Bebas: Pendekatan Scientific, Problem Solving, dan Open Ended
Variabel Terikat: Kemampuan Pemecahan masalaha dan Kemampuan berpikir kreatif
1.   Pendekatan Scientific
A.     Definisi
Pendekatan scientific pertama kali diperkenalkan di Amerika pada akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah (Hudson, 1996:115). Pendekatan  scientific memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses  pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langka-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa  melaksanakan kegiatan pembelajaran (Maria Varelas and Michael Ford, 2008:31). Menurut Nur (dalam Ibrahim, 2010:3), pendekatan atau metode  scientific adalah pendekatan atau metode untuk mendapatkan pengetahuan melalui dua jalur yaitu jalur akal (nalar) dan jalur pengamatan. Adapun wujud operasional dari pendekatan  scientific adalah penyelidikan ilmiah. Penyelidikan ilmiah ini didefinisikan sebagai usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas masalah atau  pertanyaan. Dengan demikian, ciri khas pendekatan   scientific  adalah pemecahan masalah melalui penalaran dan pengamatan.  Dalam permendiknas No 81A (2013:35) disebutkan lima kegiatan pembelajaran dalam pendekatan  scientific yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh definisi pendekatan scientific  yaitu titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang berbasis  penyelidikan ilmiah. Adapun proses pembelajaran berbasis penyelidikan ilmiah diwujudkan dalam usaha sistematik untuk mendapatkan jawaban atas suatu  permasalahan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
B.     Karakteriristik
Karakteristik pendekatan scientific menurut Kemdikbud (2013) adalah sebagai berikut
1.    Subtansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2.    Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru- peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.    Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4.    Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi  pembelajaran.
5.    Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6.    Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7.    Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.

C.      Langkah-Langkah
Menurut (Permendiknas No:81a:2013) langkah-langkah dalam pendekatan scientific adalah 5M yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Adapun uraiannya dipaparkan sebagai berikut:
1)     Mengamati
Mengamati Pengamatan adalah menggunakan satu atau lebih indera-indera pada tubuh manusia yaitu penglihat, pendengar, pembau, pengecap, dan peraba atau perasa.
2)     Menanya
Menanya dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Peserta didik dibimbing untuk dapat mengajukan  pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam
3)     Mengumpulakn informasi
Mengumpulkan Informasi Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari  bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya
4)     Mengasosiasi
Mengasosiasikan Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang  bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki  pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut
5)     Mengkomunikasikan
Mengomunikasikan Kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan mengomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 
2.   Problem Solving
A.     Definisi
Menurut Branca, N. A (dalam Sumardyono) Problem solving dalam pembelajaran matematika merupakan (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process),dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill).
1.        Problem solving sebagai tujuan
Problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar matematika.
2.        Problem solving sebagai proses
Problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.
3.        Problem solving sebagai keterampilan dasar
Pengertian problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu problem solving? Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, keterampilan “matematika”, dan lainnya. Satu lagi yang baik secara implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah keterampilan problem solving.
Menurut Krulik and Rudnick (dalam Jamin Carson), problem solving adalah sarana yang digunakan oleh individu dalam menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya untuk memenuhi tuntutan situasi dan menerapkannya ke situasi baru dan berbeda. Berdasarkan dari dua definisi para ahli, problem solving merupakan proses pembelajaran yang mengacu pada tujuan, proses, dan keterampilan yang menggunakan sarana yang berupa pengetahuan yang dimiliki siswa untuk memenuhi tuntutan situasi baru dan berbeda.
B.     Karakteristik
Dalam kehidupan sehari-hari kita tak lepas dari suatu masalah. Apa itu masalah? Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Dalam pembelajaran matematika tentunya tak lepas dari suatu masalah. Namun, tidak semua soal matematika tergolong dalam masalah matematika. Menurut Becker & Shimada, 1997 (dalam  McIntosh, R. dan Jaret,D.,2000) “Genuine problem solving requires a problem that is just beyond the student’s skill level so that she will not automatically know which solution method to use. The problem should be nonroutine, in that the student perceives the problem as challenging and unfamiliar, yet not insurmountable”. Berdasarkan uraian tersebut soal yang termasuk dalam kategori  itu haruslah memenuhi komponen sebagai berikut:
a.              Masalah tidak boleh rutin ( tidak langsung diketahui cara penyelesaiannya)
b.              Masalah haruslah menantang.
Menurut (McIntosh, R. dan Jaret, D, 2000: 20)  permasalahan yang baik dalam problem solving yaitu:
1.         Menarik bagi siswa dan menerapkan kehidupan nyata (kontekstual)
2.         Berisi konten matematika yang penting
3.         Bersifat open-ended dan bukan masalah rutin
4.         Memberikan tantangan bagi siswa tetapi dapat diselesaikan
5.         Membutuhkan ketrampilan yang baik
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang baik dalam problem solving adalah: (1) Menarik bagi siswa dan menerapkan kehidupan nyata (kontekstual) (2) Berisi konten matematika yang penting (3) Bersifat open-ended dan bukan masalah rutin (4) Memberikan tantangan bagi siswa tetapi dapat diselesaikan (5) Membutuhkan ketrampilan yang baik
C.      Langkah-langkah
Menurut Polya (1973: 6-15), terdapat empat tahap dalam pemecahan masalah, yaitu:
a) Memahami masalah
Tahap pertama dalam memahami masalah adalah memahami pernyataan dalam masalah tersebut. Siswa harus mampu menemukan hal yang tidak diketahui, data yang diketahui, dan syarat yang terdapat pada masalah. Selain itu, siswa juga menuliskan hal-hal tersebut dalam notasi matematika dengan bahasa siswa sendiri.
b) Merencanakan penyelesaian masalah
Pada tahap ini siswa dituntut untuk memikirkan langkah-langkah apa yang seharusnya dikerjakan. Semakin bervariasi pengalaman siswa maka siswa akan cenderung semakin kreatif dalam perencanaan penyelesaian masalah.
c)   Menyelesaikan masalah sesuai rencana
Pada tahap ini siswa menjalankan rencana penyelesaian masalah yang telah dibuat untuk mendapatkan solusi permasalahan. Selain menjalankan perhitungan matematis, siswa juga mencantumkan data dan informasi yang diperlukan sehingga siswa dapat menyelesaikan soal yang dihadapinya dengan baik dan benar.
d)  Melakukan pengecekan jawaban
Pada tahap ini siswa melakukan pengecekan terhadap jawaban yang telah diperoleh melalui tahap pertama sampai tahap ketiga. Proses pengecekan dilakukan dengan mempertimbangkan dan menguji kembali jawaban yang diperoleh terhadap permasalahan. Menurut Lajoie (McIntosh, R. dan Jaret, D., 2000: 15), proses mengecek jawaban kembali dapat berupa berbagai macam aktivitas, seperti berikut:
1.       Melakukan verifikasi jawaban
2.       Mengecek jawaban dengan metode lain
3.       Menentukan kevalidan pendapat
4.       Mengaplikasikan hasil atau metode jawaban pada permasalahan lain
5.       Menginterpretasikan jawaban dalam permasalahan
6.       Menggeneralisasikan hasil jawaban
7.        Menyelesaikan permasalahan yang baru

3.   Open Ended
A.     Definisi
Becker dan Shigeru (Inprashita, 2006) mengungkapkan pendekatan open-ended pada awalnya dikembangkan di Jepang pada tahun 1970-an. Antara tahun 1971 dan 1976, peneliti-peneliti Jepang melakukan proyek penelitian pengembangan metode evaluasi keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pendidikan matematika dengan menggunakan soal atau masalah terbuka (open-ended) sebagai tema. Sedangkan apa pengertian pendekatan open-ended telah diungkapkan Shimada (2005:1) yaitu pendekatan pembelajaran yang menyatakan suatu  permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga  dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir siswa dapat terlatih dengan baik..
B.     Karakteristik
1) Menyajikan permasalahan melalui situasi fisik yang nyata dimana konsep-konsep matematika dapat diamati dan dikaji siswa.
2) Menyajikan soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
3) Menyajikan bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu konjektur.
4)  Menyajikan urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
5)  Memberikan beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh  itu untuk menemukan
C.      Langkah-Langkah
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran dengan pendekatan open-ended, maka garis besar langkah pembelajarannya meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Adapun secara terperinci langkah pembelajarannya sebagai berikut.
a.       Kegiatan awal
1)     Guru melakukan tanya jawab untuk mengecek pengetahuan prasyarat dan keterampilan yang dimiliki siswa.
2)     Guru menginformasikan kepada siswa materi yang akan mereka pelajari, dan kegunaan materi tersebut.
b.       Kegiatan Inti
1)     Memberi masalah
Guru memberikan masalah open-ended  yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2)     Mengeksplorasi masalah
Waktu mengeksplorasi masalah dibagi dua sesi. Sesi pertama digunakan untuk bekerja secara individual untuk menyelesaikan masalah. Pada sesi kedua siswa bekerja secara berkelompok untuk mendiskusikan hasil pekerjaan individunya.
3)     Memahami respon siswa
Guru meminta beberapa orang siswa sebagai wakil dari beberapa kelompok untuk mengemukakan hasil diskusinya. Siswa diharapkan merespon masalah dalam berbagai cara atau penyelesaian dan guru merekamnya.
4)     Pembahasan respon siswa (diskusi kelas)
Guru mencatat respon siswa, pendekatan atau solusi masalah mereka dan menulis sebanyak mungkin kemungkinan respon siswa dan mendaftarnya. Kemudian guru mengelompokkan respon siswa sesuai dengan sudut pandang tertentu. Dalam proses diskusi kelas, guru mengarahkan siswa agar dapat memberikan jawaban dan kesimpulan tentang konsep yang diajarkan.
5)     Meringkas apa yang dipelajari
Hasil diskusi kelas disimpulkan, kemudian guru memberikan soal-soal lain yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari dan siswa diminta mengerjakannya, baik secara individu maupun kelompok.
c.       Kegiatan Akhir
1)     Guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah.
2)     Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4.   Prestasi
A.     Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan kemudian ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan oleh pengajar.
B.     Indikator

5.   Kemampuan Pemecahan Masalah
A.     Definisi
kemampuan pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Mourtos, Okamoto, dan Rhee (2004: 1) yaitu: “Problem solving is defined as a process, used to obtain a best answer to an unknown, or a decision subject to some constraints.” Hal ini dapat diartikan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses, yang digunakan untuk memperoleh jawaban terbaik untuk hal yang tidak diketahui atau suatu subjek keputusan untuk beberapa kendala. Oleh karena itu, terdapat dua definisi mengenai pemecahan masalah. Definisi pemecahan masalah yang pertama lebih mengarah kepada suatu proses untuk memperoleh jawaban yang terbaik, sedangkan definisi pemecahan masalah yang kedua lebih mengarah kepada suatu keputusan dari beberapa kendala yang diberikan.
Definisi lain yang dikemukakan oleh O’Connell (2000: 3) yaitu: “Problem solving is a process that requires students to follow a series of steps to find a solution.” Dari sinilah dapat diartikan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang mengharuskan siswa untuk mengikuti serangkaian tahap-tahap untuk mendapatkan suatu penyelesaian. Beliau juga menambahkan bahwa meskipun beberapa siswa secara intuitif mengikuti suatu proses, beberapa siswa lainnya masih perlu untuk diajarkan mengenai bagaimana cara untuk mencapai suatu solusi. Hal ini menggambarkan pentingnya siswa untuk mengetahui apa sajakah tahap-tahap memecahkan masalah. Sehingga, setelah mengetahui tahap-tahap memecahkan masalah, siswa akan lebih terarah dalam memperoleh suatu solusi.
Dikarenakan pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran matematika, masing-masing siswa perlu dilatih dan dibiasakan untuk dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Sehingga, apabila dihadapkan dengan sebuah permasalahan matematika, siswa dapat memahami bagaimana proses pemecahan masalah tersebut, bukan hanya sekedar menerapkan rumus-rumus tanpa memahami maknanya. Polya (1988: 5-6) menyatakan bahwa langkah-langkah yang dilalui siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika antara lain: understanding the problem atau memahami masalah, devising a plan atau merencanakan penyelesaian masalah, carrying out the plan atau menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan looking back atau melakukan pengecekan kembali. Dengan melihat keempat tahap tersebut, dapat diketahui sejauh mana kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa.
B.     Langkah-langkah
Sejalan dengan hal tersebut, Polya (1988, 6-16) menjabarkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah antara lain:
a.    Understanding the problem atau memahami masalah
Memahami masalah adalah langkah awal dalam memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan tanpa pemahaman mengenai masalah yang diberikan, seseorang tidak akan dapat memecahkan masalah tersebut. Sebelum memecahkan masalah, siswa harus membaca masalah dengan seksama, baru kemudian dapat memahami memahami masalah dan berkeinginan untuk menyelesaikannya. Kemudian siswa menuliskan apa saja hal-hal yang diketahui dan yang hendak dicari dari permasalahan tersebut.
b.    Devising a plan atau merencanakan penyelesaian masalah
Setelah memahami masalah, siswa menuliskan rencana-rencana yang akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Menambahkan hal tersebut, Wheeler (1992) dalam Herman Hudojo (2003: 163) menyatakan bahwa dalam merencanakan penyelesaian suatu masalah, siswa dapat melakukan beberapa hal, contohnya:
1)       membuat tabel, gambar, ataupun model matematika,
2)       mencari pola,
3)       menyatakan kembali permasalahan,
4)       menggunakan penalaran, variabel, ataupun persamaan,
5)       menyederhanakan permasalahan,
6)       menghilangkan situasi yang tidak mungkin,
7)       menggunakan algoritma,
8)       memecah kasus menjadi beberapa bagian,
9)       menggunakan rumus,
10)   menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan  informasi baru.
c.     Carrying out the plan atau menyelesaikan masalah sesuai rencana
Setelah melakukan rencana penyelesaian masalah, siswa menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai rencana sebelumnya untuk mendapatkan solusi. Misalnya, siswa menyelesaikan masalah secara step-by-step sesuai dengan urutan-urutan yang dituliskan dalam tahap sebelumnya.
d.    Looking back atau melakukan pengecekan kembali
Pada tahap ini, siswa mengecek kembali solusi yang diperoleh. Dengan melakukan pengecekan kembali, siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki. Hal ini dikarenakan ketika siswa melakukan pengecekan kembali, dia akan memperoleh kesempatan secara natural untuk menyelidiki koneksi dari suatu masalah.
C.      Indikator
Berdasarkan uraian sebelumnya, kemampuan pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa dalam proses mendapatkan penyelesaian dari suatu masalah, yang diperoleh dengan cara mengikuti serangkaian tahap-tahap memecahkan masalah. Adapun tahap-tahap siswa dalam memecahkan masalah meliputi memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali. Secara lebih jelas, indikator kemampuan pemecahan masalah pada keempat tahap tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut.
                 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
No.
Kemampuan Pemecahan Masalah
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
1
Memahami masalah
a.   Menuliskan apa yang diketahui dari masalah
b.   Menuliskan apa yang ditanyakan dari masalah

2
Merencanakan penyelesaian masalah
Menuliskan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah

3
Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Menyelesaikan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang ditulis sebelumnya
4
Melakukan pengecekan kembali
a.   Mengecek kembali solusi yang diperoleh menggunakan cara lain dengan benar
b.   Membuat kesimpulan sesuai pertanyaan


6.   Kemampuan berpikir Kreatif
A.     Definisi
LTSIN (2001) secara khusus mendefinisikan berfikir kreatif adalah “creative thinking is the process which we use when we come up with a new idea. It is the merging of ideas which have not been merged before”. LTSIN menyatakan bahwa berfikir kreatif adalah proses (bukan hasil) untuk menghasilkan ide baru dan ide itu merupakan gabungan dari ide-ide yang sebelumnya belum disatukan.
B.     Karakteristik
LTSIN (2001) menyatakan bahwa ide seseorang berfikir kretif minimal mempunyai salah satu karakteristik dari: (a) ide itu belum ada sebelumnya; (b) sudah ada di tempat lain hanya saja ia tidak tahu; (c) ia menemukan proses baru untuk melakukan sesuatu; (d) ia menerapkan proses yang sudah ada pada area yang berbeda; (e) ia mengembangkan sebuah cara untuk melihat sesuatu pada perspektif yang berbeda. Dari lima karakteristik diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa berfikir kreatif dapat berupa ide baru yang belum ada sebelumnya dan dapat berupa ide baru sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya.
C.      Indikator
Guilford menyebutkan lima indikator berfikir kreatif, yaitu:
  1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi , mengenali, dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi, atau masalah;
  2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan;
  3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah;
  4. keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagsan dengan cara-cara yang asli, tidak klise, dan jarang diberikan kebanyakan orang;
  5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar, model dan kata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar